Petualangan ke Surga Tersembunyi di Aceh Singkil
Minggu, 21 Okt 2018 17:51 WIB
Aldi Andreansyah
Jakarta - Di Aceh Singkil ada pantai indah di Pulau Banyak yang belum banyak orang tahu. Liburan ke sana rasanya luar biasa.Suatu waktu ketika siang hari di sebuah tongkrongan semasa SMA, timbul sebuah obrolan dari beberapa teman yang ada di kala itu mengenai Pulau Banyak di wilayah Aceh tepatnya di Aceh Singkil. Pembahasan di kala itu mulai berlanjut ke tingkat ke arah yang lebih serius karena di satu sisi ada beberapa teman yang belum pernah kesana dan sangat ingin pergi ke sana. Saya termasuk orang itu yang sangat takjub melihat gambar yang diperlihatkan oleh teman saya yang sudah lebih dulu pergi ke pulau tersebut dan kami memutuskan untuk berangkat.Perjalanan dimulai beranggotakan 8 orang. Kami berangkat pukul 07.00 WIB pagi dari Medan, 8 jam lewat darat dan kami tiba di Pelabuhan Aceh Singkil kurang lebih pukul 15.00 WIB kemudian menitipkan kendaraan ke petugas pelabuhan tersebut dan melanjutkan untuk menyeberang ke Pulau Balai menggunakan kapal nelayan. Oh iya perjalan kami kali ini tanpa menggunakan agent travel dan semuanya mencari tahu sendiri lewat beberapa informasi dari warga sekitar dan info dari teman saya juga yang sudah pernah pergi kesana lebih dulu.Dan setelah melakukan perjalanan laut kurang lebih 2 jam maka sampailah kami di Pulau Balai, yang termasuk salah satu pulau yang sudah lengkap infrastrukturnya dibanding pulau-pulau yang lain, kalau boleh dibilang ini pulau utamanya. Namun kami tidak ingin bermalam di pulau yang memiliki penduduk dan kami memutukan untuk bermalam di pulau kecil yang sama sekali tidak berpenghuni walaupun dulu katanya ada seorang kakek-kakek yang menjaga pulau tersebut. Namun ketika kami tiba di sana dia sudah tidak ada di sana lagi dan tidak ada yang tahu dimana dia.Pulau tersebut bernama Pulau Asok. Sebelumnya kami sudah membawa beberapa persediaan bahan makanan dan air serta tidak lupa tenda untuk kami tidur. Hari pertama pun berlalu ditemani beberapa ikan bakar yang langsung kami pancing dari laut dan dibakar menggunakan beberapa ranting pohon yang kering bersama dengan nasi yang kami masak menggunakan nesting yang sudah kami persiapkan lebih dulu di bawah bintang malam dan rembulan yang cukup terang ketika malam itu bersama alunan beberapa musik dari speaker portable yang kami bawa.Keesokan harinya setelah bangun pagi bebrapa ada yang masih bersantai, ada yang foto untuk sosial media mereka tentunya, dan ada yang sarapan sampai semua pada akhirnya selesai melakukan aktivitasnya. Kami meninggalkan pulau tersebut untuk pindah ke pulau lain tentunya, karena di wilayah ini banyak sekali pulaunya kalau dihitung ada kurang lebih 99 pulau yang tentunya saya juga tidak tahu nama-namanya.Kami melanjutkan untuk island hopping ke Pulau Sikandang. Di pulau ini ada beberapa penginapan atau resort yang katanya dibangun atau dimiliki oleh warga negara asing dan tentu saja ketika saya sampai sana isinya adalah warga negara asing atau bule. Awalnya kami ingin menginap di pulau tersebut namun setelah ada kejadian kecil yang tidak membuat kami nyaman, kami memutuskan untuk hanya makan siang di pulau tersebut dan berpindah ke pulau lainnya yaitu Pulau Rangit.Pulau Rangit ini adalah salah satu pulau yang terdapat mercusuarnya. Namun entah mengapa atau memang sudah tidak difungsikan lagi, pulau tersebut lagi-lagi tidak berpenghuni. Maka hanya kami berdelapan dan seorang yang membawa perahu kami dari satu pulau ke pulau lainnya karena dirasa tidak ada gangguan dan aman,Β kami memutuskan untuk menginap di pulau itu untuk satu malam.Namun cuaca kemudian berubah pada malam hari. Hembusan angin yang semulanya hanya biasa saja perlahan mulai berubah lebih kencang disertai tetesan hujan. Kami bergegas memasang tenda dan bertahan di tenda beberapa jam. Kemudian cuaca mulai tidak bersahabat kali ini hujan disertai badai yang kencang membuat fiber tenda kami patah karena tidak dapat menahan tekanan angin kala itu. Maka kami memutuskan untuk membongkar tenda dan masuk ke dalam mercusuar yang kebetulan tidak ditutup. Setelah beberapa jam kami tunggu, cuaca tidak menunjukkan perubahnnya. Kami pun membuka matras dan memutuskan untuk tidur di dalam mercuasuar tersebut, sampai matahari menunjukan dirinya.Di hari terakhir kami di Pulau Rangit kami memutuskan untuk kembali ke Medan dan tentunya kami harus ke Pulau Balai dulu untuk naik kapal nelayan yang lebih besar agar bisa membawa kami ke Pelabuhan Aceh Singkil. Namun lagi-lagi Pulau Balai masih menginginkan kami tiggal lebih lama. Di luar dugaan kapal nelayan yang ke Pelabuhan Aceh Singkil tidak ada hari itu dikarenakan adanya badai. Maka kami memutuskan untuk kembali bermalam di Pulau Balai. Orang baik selalu ditolong orang baik ya itulah kata-kata yang sangat tepat pada saat itu. Kkami diberikan penginapan gratis di salah satu rumah warga yag membawa kami keliling ke pulau-pulau. Dia sangat baik dan membantu kami.Dan jadilah kami 4 hari 3 malam di Pulau Banyak, yang sebelumnya hanya berniat untuk 3 hari 2 malam saja. Tapi karena sesuatu hal memaksa kami untuk merubah plan. Untungnya keesokan harinya cuaca sudah mulai membaik dan kami berhasil menyeberang dari Pulau Balai ke Pelabuhan Aceh Singkil menggunakan kapal nelayan dan melanjutkan perjalanan darat yang masih panjang ke Medan dan meninggalkan masa liburan saya untuk kembali melanjutkan pendidikan saya.Suatu kepuasan tersendiri bagi saya untuk mengetahui pulau-pulau yang ada di Indonesia ini khususnya untuk Pulau Banyak yang ada di Aceh Singkil ini. semoga saya bisa menjelajahi pulau-pulau indah lainnya yang ada di Indonesia maupun di dunia ini. Semoga impian ini bisa jadi nyata.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!