Bukan Sakura, Ini Kebun Shibazakura

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bukan Sakura, Ini Kebun Shibazakura

Balqis Muthiah - detikTravel
Selasa, 27 Nov 2018 13:32 WIB
loading...
Balqis Muthiah
Tolak Angin mengatasi masuk angin
Bukan Sakura, Ini Kebun Shibazakura
Jakarta - Tak hanya sakura, banyak bunga-bunga cantik lainnya yang mekar kala musim semi di Jepang. Termasuk Shibazakura.Pemandangan bunga cantik di musim semi setelah musim dingin yang terasa panjang sangat dinanti semua orang. Di Jepang tidak hanya penduduknya, mekarnya bunga juga dinantikan wisawatan mancanegara.Mekarnya bunga Sakura sangat diminati semua orang. Namun jika tidak dipersiapkan dari jauh hari, harga tiket keberangkatan di tengah musim semi akan sangat mahal. Untuk keberangkatan terhitung mendadak, anggaranku pun hanya bisa membeli tiket keberangkatan untuk akhir musim semi, setelah bunga sakura sudah tidak lagi bersemi. Tapi jangan sedih, aku masih bisa melihat bunga-bunga lainnya.Ingin menikmati sisa-sisa musim semi, tujuan wisataku kali ini adalah melihat pemandangan Gunung Fuji. Pada akhir musim semi, periode bulan April sampai Mei, kita masih bisa menikmati Festival Shibazakura, yang terletak di Fujikawaguchiko, Prefektur Yamanashi, tidak jauh dari Gunung Fuji.Shibazakura dalam bahasa Jepang artinya adalah bunga kecil berwarna merah jambu, namun pada Festival Shibazakura kita dapat menikmati beberapa macam bunga yang mekar bersamaan dengan variasi warna-warna yang cantik.Ada warna putih yang ditampilkan bunga jenis Mont Blanc dan Little Dot, warna biru keunguan dari bunga Oakington Blue-Eyes dan warna pink yang diramaikan oleh bunga McDaniel's Cushion, Autumn Rose, Tamano-nagare, Giant Rose dan Scarlet Frame.Pada saat musim semi, umumnya bunga-bunga cantik bermekaran juga dapat kita lihat di tepi jalan. Namun jumlahnya tidak banyak.Sebelum berangkat, aku dan temanku minum Tolak Angin lebih dulu mengingat cuaca di musim semi saat itu cukup berangin. Untuk berjaga-jaga, karena buatku Tolak Angin tidak hanya untuk mengatasi masuk angin, tapi juga untuk menjaga kebugaran tubuh sehingga tidak mudah sakit. Awalnya, kami berniat menggunakan bus untuk perjalanan yang lebih ekonomis. Namun karena kesiangan, kami sempat mencari bus yang akan menuju ke sana dan ternyata tidak ada satupun bus yang ke sana dari tempatku berangkat, kota Ichijoji, jadi kami naik kereta.Lalu kami tiba di kawasan stasiun Fujikawaguchiko kesorean dan tidak dapat melanjutkan ke festival karena sudah tutup. Selagi masih di kawasan stasiun, kami menyempatkan diri untuk bersepeda mengelilingi kawasan danau Kawaguchiko.Kami menyewa sepeda dari penyewaan yang tidak jauh dari stasiun untuk sejam dengan harga 500 Yen (Rp 63 ribu). Dari penyewaan, kami juga diberikan peta kawasan Gunung Fuji sehingga kami bisa lihat, bahwa ada sekitar lima danau di dekat gunung, antara lain Danau Kawaguchi, Danau Yamanaka, Danau Saiko, Danau Motosu dan Danau Shoji. Karena kami hanya berencana sebentar, kamipun hanya mengelilingi danau Kawaguchi dan kembali pulang. Keesokan harinya, kami mencoba kembali, berangkat lebih pagi dan langsung menggunakan kereta. Jadi, sedikit tips, jika kamu ingin backpacker, usahakan untuk mencari tahu berbagai info dasar terkait tujuanmu seperti jam operasional dan transportasinya.Tiba di stasiun Fujikawaguchiko, kami disambut dengan cantiknya pemandangan Gunung fuji yang begitu biru dan berbalut es putih pada puncaknya. Nggak bisa deh nggak foto dengan latar belakang gunung itu.Kami bisa melihat betapa ramainya pengunjung yang ingin menikmati pemandangan Gunung Fuji, dari ramainya orang-orang dengan stelan pendaki gunung lengkap dengan perlengkapannya seperti topi, tongkat, ransel dan gulungan sleeping bag atau alas tidur. Tidak hanya penduduk mancanegara, penduduk lokal juga antusias memenuhi stasiun akhir tujuan Gunung Fuji. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa sampai kakek dan nenek berkumpul untuk mendaki gunung. Untuk sampai ke kawasan festival Shibazakura, kami perlu membeli tiket masuk dan tiket bus wisatanya seharga 4.000 Yen (Rp 510 ribu).Antreannya cukup panjang. Saat masuk ke dalam, rupanya busnya memiliki kursi lipat di tengah lorong jalan, sehingga semua ruang bisa mengangkut wisatawan dengan maksimal dan semua orang bisa duduk. Unik banget!Perjalanan dari stasiun ke lokasi festival di daerah Motosu, ditempuh dalam waktu setengah jam. Melalui jalan yang masih sedikit terjal menembus pepohonan, akhirnya kami tiba ditujuan.Tidak jauh dari pintu masuk festival, terdapat beberapa penjual suvenir dan makanan sehingga pintu masuk penuh dengan lalu lalang pengunjung. Sebelum ikutan jajan, akhirnya kami pun langsung belok ke kawasan Shibazakura.Awalnya kami disambut sekelompok bunga Giant Rose, lalu bunga lavender rupanya juga menyambut kami. Masuk lebih jauh lagi, kami disambut pemandangan hamparan bunga-bunga yang beragam. Konon katanya hamparan ini terdiri dari delapan ratus ribu bunga lho.Kaki kami terus melangkah mengelilingi kawasan bunga. Tidak hanya bunga yang memanjakan mata kami, saat kami berkeliling di sisi barat hamparan bunga, pemandangan gagahnya Gunung Fuji memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya.Matahari saat itu berada tepat di atas kami dan akan bagus untuk foto. Kami berduapun tidak berhenti berfoto di setiap sudut kawasan Shibazakura. Meskipun panas matahari sedikit menghangatkan wajah, angin dari berbagai arah silih berganti berhembus mendinginkan kami dan menggerakkan bunga-bunga sehingga membuat bunga-bunga itu seakan menyapa kami. Tidak hanya bunga, bahkan seekor burung elang sempat berlalu lalang menambah wisata kami saat itu sangat berkesan.Setelah tujuan kami tercapai dan puas mengelilingi hamparan bunga yang begitu luasnya, kami pun kembali ke penginapan. Shibazakura sudah, berikutnya Hanami saat mekarnya bunga sakura, yuk!
Hide Ads