Sensasi Kemah dan Berburu di Tanah Datar, TN Wasur
Sabtu, 22 Des 2018 14:45 WIB

Yunanda Sari

Jakarta - Indonesia tak kekurangan tempat bagi Anda yang ingin berekpedisi. Datang saja ke Merauke, belantaranya menunggu dijelajahi.Saya teringat suatu malam saat di Hutan Wasur. Saya dan tim Ekspedisi Wasur berkemping di sana, di dalam kawasan Taman Nasional Wasur. Cerita berkemah ini tidak bisa dilewatkan tentu saja. Ada terlalu banyak momen yang sayang jika dilewatkan.Hutan ini lokasi utama yang kami tuju sebagai tempat pengambilan data. Iya, pengambilan data. Ini kerja loh, bukan semata-mata kemping saja. Untuk mengisi agenda yang lengang, maka kami sepakat akan berburu saja. Siapa yang ingin dipersilakan ikut. Syaratnya 2-3 orang dari tim saja tiap kesempatan.Mau berburu apa? Mamalia atau ikan apapun dapat diperoleh. Bisa tikus hutan (bandikut) dengan cara pasang jerat atau perangkap. Untuk menangkap ikan, tak lupa pula membawa perangkap serta jaring yang akan di pasang di rawa. Kami tentu saja mempersiapkan bekal dan logistik jauh-jauh hari sebelum berkemah. Berhubung kami sedang berada di hutan belantara dan dipandu penduduk lokal yang paham dengan seluk beluk wilayah hutan, maka tidak ada salahnya mencari sumber nutrisi lainnya dari alam.Kegiatan berburu ini hanya sekedar pengamatan saja kok. Tidak sampai memburu mamalia besar seperti rusa, walabi dan lain-lain. Syukurlah perburuan pertama nihil hasilnya. Jujur saya tidak sanggup bila harus makan hewan buruan (selain ikan) meskipun keadaan terpaksa. Pada sesi waktu senggang lainnya, giliran antrian tim selanjutnya yang pergi berburu. Mereka bersama pemandu berangkat menjelang malam.Kira-kira dua jam setelah meninggalkan camp, mereka kembali. Mereka menenteng sebuah karung terisi penuh. Isinya adalah ikan mujair. Hasil perangkap yang dipasang pagi hari. Luar biasa gembira rasanya malam itu. Salah seorang dari tim berburu pun bersorak. Malam ini kita pesta kawan. Saya dan teman-teman di kemah turut bersorak. Kami menyambut kepulangan mereka dengan sangat gembira. Senang bukan main.Lantas ikan-ikan itu mau diapakan? Tidak mungkin dianggurkan begitu saja bukan. Akhirnya ikan-ikan tersebut dibumbui dengan bahan seadanya seperti garam dan bumbu racik instan. Teman-teman lainnya ada yang mempersiapkan perapian dan ada yang mempersiapkan tungku pembakaran serta kayu tusuk ikan. Selesai dibersihkan, ikan ditusuk dengan tusukan kayu. Tusukan yang dibuat dari cabang pohon kayu putih. Setelah itu ikan dipanggang di atas perapian. Sungguh jamuan makan malam paling mengasyikkan dari malam-malam sebelumnya.Belum pernah saya lihat apalagi makan ikan mujair yang ditangkap langsung dari habitat yang bisa dikatakan masih perawan. Selain ukuran ikannya jumbo, ada sensasi lain saat membersihkannya. Terkesan ikan-ikan ini sangat sehat. Karena nutrisi yang mereka peroleh dari lingkungannya masih murni dan belum terlalu digaduh aktifitas manusia. Tidak seperti ikan-ikan yang dipelihara dalam tambak. Makan beginian bikin saya otomatis merasa lebih bugar dari biasanya.Satu fakta yang menarik, entah mengapa ikannya tidak begitu amis. Begitulah cerita singkat saya dan tim berkemah di Hutan Wasur. Menyenangkan memang. Cuma satu momen yang kurang mengenakkan buat saya. Apa itu, kekurangan air. Haus dan berujung dehidrasi jadi momok nomer wahid selama kami di sini. Meskipun di sekeliling hutan ini rawa, ternyata sumber air tersebut tidak layak diminum. Hasil uji sederhana yang kami lakukan di lapangan menunjukkan pH air cukup rendah sehingga bersifat asam.Padahal kegiatan seperti ini tubuh butuh air agar terhidrasi dengan baik. Apa daya, kami haruslah bijaksana dalam menggunakan cadangan air yang kami bawa. Tidak boleh minum berlebihan, apalagi membuang-buang air meskipun untuk nyuci peralatan masak.Tidak ada binatang buas seperti harimau atau macan tutul di sini. Adanya babi rusa. Duh ini juga bikin saya rada cemas, walaupun tidak terlalu. Saya takut diseruduk jika tidak sengaja bertemu. Respon alami saya selama mengambil data adalah jadi lebih waspada terhadap tanda-tanda yang saya temukan, misalnya jejak kaki hewan.Konon katanya babi rusa dewasa yang hidup di hutan ini lumayan besar ukurannya, sebesar orang dewasa atau lebih. Nyamuk di sini juga mengerikan gigitannya. Gede-gede trus banyak. Reaksi bekas gigitannya gatel banget trus bikin bengkak merah-merah juga. Kalian jangan lupa pake lotion anti serangga. Bahkan anti serangga pun harus sering-sering dioles supaya nyamuknya bener-bener lari.Memang, berkegiatan di alam khususnya di daerah hutan rawa perlu persiapan khusus untuk perlindungan fisik jauh-jauh hari sebelum kegiatan dilaksanakan. Contohnya mempersiapkan antibiotik pencegah malaria. Kami saja mengkonsumsi pil tersebut dua minggu sebelum berangkat ke Papua. Begitulah saran yang kami dapatkan sebelum berangkat ekspedisi.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum