Mengenang Kejayaan Batavia Lama yang Tetap Eksis

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengenang Kejayaan Batavia Lama yang Tetap Eksis

WINDA AZ ZAHRA - detikTravel
Kamis, 03 Jan 2019 11:30 WIB
loading...
WINDA AZ ZAHRA
Pemandangan kawasan Kota Tua Jakarta dari Taman Apung
Museum Fatahillah di Kota Tua, Jakarta
Burung merpati di sekitar kawasan Taman Fatahillah
Sepeda warna-warni di sekitar kawasan Taman Fatahillah
Pemandangan kawasan Kota Tua Jakarta dari Taman Apung
Mengenang Kejayaan Batavia Lama yang Tetap Eksis
Mengenang Kejayaan Batavia Lama yang Tetap Eksis
Mengenang Kejayaan Batavia Lama yang Tetap Eksis
Mengenang Kejayaan Batavia Lama yang Tetap Eksis
Mengenang Kejayaan Batavia Lama yang Tetap Eksis
Jakarta - Di masa kejayaannya, Batavia jadi pusat perdagangan terbesar di Asia. Kini, Batavia kembali berjaya sebagai salah satu ruang wisata sejarah yang tetap eksis.Rasanya bosan dengan rutinitas dan pekerjaan, tapi begitu hari libur tiba justru bingung mau kemana. Bersantai di rumah sudah biasa, sementara untuk menghabiskan waktu ke pusat perbelanjaan rasanya percuma. Selain itu, saya termasuk pribadi yang malas menyetir, apalagi tiap hari Minggu tiba sepertinya semua mobil di Jakarta keluar dari garasinya.Saat itu iba-tiba terpikir untuk berjalan-jalan mengunjungi Kota Tua Jakarta. Maklum, tiap kali ke sana selalu ramai sekali sehingga kurang bisa menikmati suasana. Rasa-rasanya ingin berangkat pagi-pagi sekali agar begitu sampai di sana, Kota Tua masih cukup sepi.Awalnya sih, ingin naik transportasi umum. Namun, segera mengurungkan niat teringat pengalaman pulang dengan koridor 9 yang selalu penuh sesak. Kemudian iseng cek rate ojek online. Alamak! Rupanya mahal sekali tarifnya.Langsung saat itu juga booking rent car lewat aplikasi tiket.com. Mulai dari 250 ribuan, bisa keliling-keliling Jakarta selama 12 jam, bisa banget buat ke Kota Tua plus jalan-jalan di sekitarnya. Apalagi mobil bisa datang pagi-pagi sekali mulai pukul 5 pagi. Siap berangkat keesokan hari!Pagi di Kota TuaPagi itu cukup mendung. Kedatangan saya disambut gerimis tipis yang membasahi ubin kawasan Kota Tua, Jakarta. Suasana masih cukup sepi dan ideal untuk berkeliling. Meski pagi itu jumlah wisatawan yang datang belum seberapa, tapi bisa dipastikan Kota Tua akan menjadi lebih hidup menjelang jam buka operasional museum-museum di sekitarnya.Kota Tua Jakarta merupakan kawasan cagar budaya khusus yang terletak di Mangga Besar, Tamansari, Jakarta Barat, yang berbatasan langsung dengan Jakarta Utara. Kawasan ini juga dikenal sebagai Old Batavia atau Batavia Lama.Selain memiliki lokasi yang strategis, diapit dua samudra yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, kala itu Indonesia juga dikenal karena hasil perkebunan rempah-rempah yang melimpah. Tak ayal di masa kejayaannya, Batavia Lama menjadi pusat perdagangan terbesar di Asia. Kini Batavia Lama kembali berjaya, sebagai salah satu ruang wisata sejarah yang tetap eksis di tengah derasnya arus pembangunan Jakarta.Kota Tua punya begitu banyak ikon bangunan bersejarah yang sayang untuk dilewatkan. Mulai dari Stasiun Jakarta Kota, berbagai museum: Museum Fatahillah, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Bank Indonesia, Museum Bank Mandiri, Museum Wayang; hingga gedung dan rumah ibadah. Belum lama ini, dibangun pula Taman Apung di Kali Besar yang menambah indah suasana di kawasan Kota Tua.Taman Apung Kali Besar, Jakarta Rasa KoreaSetelah kunjungan saya yang terakhir kalinya ke Kota Tua, saya baru menyadari keberadaan Taman Apung ini. Taman ini terinspirasi dari sungai di Cheonggyecheon, Seoul, Korea Selatan. Di kanan kiri taman ini, terdapat trotoar yang luas serta rapi. Sangat menyenangkan apalagi untuk pejalan kaki.Hal menarik di Taman Apung, taman ini dipenuhi beraneka bunga warna-warni. Begitu indah apalagi dipadukan dengan latar bangunan tua khas Kota Tua Jakarta. Terapat pula patung-patung yang tampak mengecoh karena terlihat seperti manusia asli. Patung-patung ini cocok sekali untuk wisatawan yang hobi selfie.Tidak hanya cantik, secara kasat mata pemandangan di Kali Besar ini cukup bersih sehingga saya tidak perlu merasa risih. Tempat sampah juga telah disediakan, dan tampaknya pengunjung juga sudah lebih cerdas dengan tidak membuang sampah sembarangan.Namun, ketika di lihat lebih dekat sangat disayangkan di sekitar pot tanaman saya menemukan cukup banyak puntung rokok. Sayang sekali, padahal Taman Apung ini seharusnya menjadi public area dimana terdapat larangan merokok. Pemerintah juga sebaiknya menyediakan smoking area khusus di sana.Nah, bagi d'Traveler sejati, sudah paham dong tentunya akan pentingnya membuang sampah di tempat sampah. Meskipun bukan sampah plastik, meskipun hanya berukuran sekecil puntung rokok, sebaiknya tetap harus di buang ke tempat sampah agar tidak merusak keindahan tempat wisata. Jika tidak menemukan tempat sampai, ada baiknya sampah disimpan terlebih dahulu, dan dibuang nanti saat telah menemukan tempat sampah.Museum Fatahillah, Ikon Kota Tua JakartaSalah satu ikon besar Kota Tua adalah Museum Fatahillah. Bangunan ini dibangun pada tahun 1707-1712 di bawah pemerintahan gubernur Jenderal Joan van Hoorn. Dulunya bangunan ini merupakan Balai Kota Batavia dan baru diresmikan sebagai Museum Fatahillah pada tahun 1974. Dengan harga tiket masuk Rp 10.000, pengunjung museum dapat melihat foto-foto perjalanan sejarah Jakarta hingga beragam koleksi kebudayaan di dalam museum. Terlihat pula bekas ruangan penjara yang mengingatkan betapa kejamnya penjajahan Belanja di Indonesia.Museum Fatahillah memiliki jam operasional 8 jam, mulai dari jam 9 pagi sampai dengan 5 sore. Namun jangan khawatir, karena Taman Fatahillah dan Kota Tua tidak akan sepi bahkan sampai malai hari.Daya tarik Museum Fatahillah tidak hanya terletak pada sisi sejarahnya saja. Berbagai aktivitas menyenangkan lainnya dapat dilakukan di sekitar kawasan museum, atau yang biasa disebut dengan Taman Fatahillah. Begitu datang, wisatawan akan disambut oleh keramahan sekelompok burung merpati.Tak jauh dari burung-burung tersebut, dapat ditemukan penjual biji jagung dengan harga Rp 5.000 per gelasnya. Tak jarang wisatawan ikut melemparkan biji-biji jagung hingga burung merpati datang mengerubungi. Untuk menambah efek dramatis saat berswafoto, penjual jagung akan mengusir merpati-merpati itu hingga terlihat bertebangan di dekat wisatawan. Namun jangan khawatir karena tidak lama kemudian mereka akan berdatangan lagi.Yang tidak kalah menarik dari Museum Fatahillah adalah sepeda dan topi yang disewakan untuk berkeliling di sekitar area museum. Warna-warni sepeda yang begitu mencolok seakan mengundang para wisatawan untuk berswafoto sambil menaiki sepeda tersebut. Harga sewa yang ditawarkan juga beragam, mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 30.000 tergantung durasi penyewaan.Untuk mengganjal perut yang lapar setelah puas berjalan-jalan, terdapat berbagai cafΓƒΖ’Γ†β€™Γƒβ€šΓ‚Β©, restoran, bahkan hingga minimarket di sekitar Taman Fatahillah. Tidak hanya menawarkan kudapan yang mengenyangkan, tempat-tempat ini juga menawarkan pemandangan sempurna Museum Fatahillah serta berbagai desain bangunan dan interior yang unik khas jaman kolonial.Belum pas rasanya jika mengunjungi Kota Tua tanpa membeli cinderamata. Namun sayangnya para penjual cenderamata ini berada di luar Museum dan Taman Fatahillah. Wisatawan tidak perlu khawatir karena para pedagang ini dapat ditemui tidak jauh dari museum dan taman, hanya perlu berjalan sedikit ke luar gerbang yang berdekatan dengan Stasiun Jakarta Kota. Cinderamata yang dijual mulai dari berbagai gelang, kaca mata, topi, cincin ukir, hingga kaos Jakarta yang dijual dengan harga terjangkau.Puas berjalan-jalan di sekitar kawasan Kota Tua, saya menyempatkan makan siang di Cafe Batavia. Cafe ini memiliki bentuk arsitektur khas kolonial yang begitu unik. Menu yang ditawarkan pun beragam, mulai dari Asian hingga Western. Bahkan terdapat pula menu kopi asli Indonesia. Saya menyempatkan untuk menikmati kopi Aceh Gayo sambil menikmati suasana Taman Fatahillah yang mulai ramai pengunjung.Jujur saja, kali ini kunjungan saya ke Kota Tua Jakarta amat mengesankan. Menyewa mobil membuat saya bisa lebih bersantai, tidak perlu ikut ambil pusing dengan kemacetan. Tidak ada ruginya berangkat pagi-pagi sekali, selain bisa menghirup udara segar Jakarta, suasana Kota Tua terasa nyaman dan begitu sepi. Hanya segilintir orang yang datang termasuk beberapa pesepeda. Bahkan pulangnya, saya masih bisa berkunjung dan mampir ke rumah saudara. Cocok lah, sesuai dengan jargonnya. Kemana pun, tiket.com aja!
Hide Ads