Andai Langit Malam Hari di Jakarta, Seperti di Desa Ini

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Andai Langit Malam Hari di Jakarta, Seperti di Desa Ini

lisvi padlilah - detikTravel
Kamis, 12 Sep 2019 19:30 WIB
loading...
lisvi padlilah
Pemandangan Milkyway pada 30 Agustus 2019 dari depan rumah di desa Tokella bawah. Dipotret dengan Fuji XA10 dengan lensa bawaan.
Imajinasikan pengambilan foto dengan beragam properti, misalnya senter.
Demi kesehatan: foto dengan selimutpun jadi pilihan. Anginnya brrrrr. Tip, pilih selimut yang lucu biar fotogenic misalnya kain tenun!
Ibas, bergaya di atas motornya. Perjalanan yang sedikit melelahkan terbayar dengan pemandangan mrnakjubkaan.
Dijepret langsung dari teras rumah tak kalah keren
Andai Langit Malam Hari di Jakarta, Seperti di Desa Ini
Andai Langit Malam Hari di Jakarta, Seperti di Desa Ini
Andai Langit Malam Hari di Jakarta, Seperti di Desa Ini
Andai Langit Malam Hari di Jakarta, Seperti di Desa Ini
Andai Langit Malam Hari di Jakarta, Seperti di Desa Ini
Jakarta - Bayangkan, kamu cukup keluar rumah untuk melihat hamparan bintang di angkasa. Andai, langit di Jakarta seperti di desa di Sulawesi Selatan ini.Memang tidak mudah akses yang harus dilalui untuk menuju Desa Bonto Masunggu, Kecamatan Tellu Limpoe, Bone, Sulawesi Selatan. Dari kabupaten kota harus ditempuh sekitar 2-3 jam, sementara jika dari Makassar memerlukan waktu antara 4-5 jam.Jalannya pun sangat menantang. Menanjak dan berkelok dengan permukaan yang tidak selalu mulus. Tapi, yang paling membahayakan bukan jalannya sendiri, melainkan pemandangan di sekelilingnya yang aduhai. Alih-alih selamat, kalau terbuai pesonanya dan teralihkan dari fokus ke jalan, bisa berabe. Serius, kamu bisa nyungsep kalau terus-terusan lihat pemandangan lanskap gunung karst terpanjang di dunia itu.Selain gunung karst Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul), hamparan sawah padi darat Sepenjang mata memandang, sapi-sapi yang berkeliaran bebas di sana sini akan melengkapi pemandangan indah. Jika beruntung, kamu bisa lihat banyak kuda berkeliaran. Nggak kalah sama pemandangan di NTT sana deh.Untungnya, aku tinggal duduk tenang dibonceng kawan. Jadi bisa nikmati pemandangan dengan puas. Meski beberapa kali teman yang mengemudi hampir kecolongan juga karena sulit fokus. Saranku sih, setiap ada pemandangan yang ingin dinikmati, lebih baik berhenti dan turun. Nikmati pemandangannya, resapi momennya. Setelah puas, baru deh jalan lagi. Nggak masalah toh lebih lambat tiba asal bahagia. Oh ya, karena waktu tempuh lumayan jauh, pastikan berangkatnya lebih pagi supaya tidak kesorean atau kemalaman di jalan.Setiba sampai di desa Bonto Masunggu, cari saja rumah Pakde (Pak Kepala Desa). Di sana, kamu bisa menginap atau minta diarahkan untuk tinggal.Pengalaman tinggal di desa kawasan TN Babul adalah hal mebyenangkan tersendiri. Nanti kuceritakan. Tapi kali ini, ada yang harus tuntas diceritakan. Mencari spot terbaik untuk mengagumi Bima Sakti.Pada bulan Agustus-Oktober, saat musim kemarau dan memasuki peralihan angin Barat alias menuju musim hujan, langit akan tampak lebih cerah. Nah, ini waktu terbaik untuk bisa melihat Bima Sakti. Aku saranin bawa kamera dan tripod ya, supaya bisa mengabadikan momen itu. Karena aku sendiri sedikit menyesal nggak bawa tripod, jadi gambarnya sedikit goyang. Haha.Oh ya, ini peringatan dini, Desa Bonto Masunggu punya karakter alam yang unik. Sepanjang Agustus hingga September angin berhembus cukup kencang. Jadi harus dibiasakan, kalau nggak bisa parno sendiri. Jangan lupa bawa jaket atau pakaian hangat dan kalau perlu perlengkapan pribadi macam obat masuk angin atau teh dan kopi pribadi jangan sampai ketinggalan.Ada dua dusun di Bonto Masunggu: Tokella (1 & 2) dan Elle. Sebenarnya hampir semua tempat di Bonto Masunggu adalah tempat terbaik untuk menikmati pemandangan Bima Sakti. Tetapi aku sendiri lebih suka memandang dan memotretnya dari Tokella 2 yang berlokasi di atas desa, dekat dengan air terjun Tarung-tarung dan Lamassua (ini juga wajib aku ceritakan, tapi di post berikutnya ya). Kenapa lebih suka di atas sana? Karena aku bisa melihat pemandangan langit lebih bersih, tidak terhalang pohon-pohon, bayangan rumah, atau noise dari cahaya rumah.Mulai jam 8 malam, konstelasi langit mulai bermunculan. Jam 9 malam, Milkyway sudah kelihatan sempurna. Saranku, selain mengabadikannya dengan memotret, jangan lupa sediakan momen hening untuk benar-benar meresapi seluruh keajaiban dan kemurahan alam. Tapi ingat, pakai jaket tebal ya!
Hide Ads