Jakarta - Menuju penghujung tahun, saatnya mulai menyusun rencana liburan akhir tahun. Salah satu destinasi wisata yang patut dicoba adalah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) merupakan wishlist destinasi wisata saya sejak lama dan baru tercapai di penghujung akhir tahun 2018 kemarin bersama keluarga. Awal cerita perjalanan kami ke Bromo diawali dengan keinginan saya yang memang sudah lama ingin kesana.Alasannya adalah karena kami tinggal di Jawa Timur, tetapi belum pernah ke Bromo. Padahal dari banyak cerita ataupun foto yang berlalu lalang di media yang menampilkan keindahannya. Akhirnya bertepatan saat libur akhir tahun, saya ambil cuti tahunan dan kami sekeluarga memutuskan untuk mengekspolre Bromo. Kami sengaja tidak memesan jasa travel agent untuk perjalanan ini karena memang niat ingin mengeksplore alam dengan bebas tanpa terbatas dengan waktu.Dini hari sebelum berangkat, saya memesan hotel dari salah satu aplikasi Online Travel Agent (OTA). Berhubung rencana perginya tidak disusun dari jauh-jauh hari dan sudah mendekati akhir tahun, hotel yang tersedia di aplikasi pun sudah terbatas. Panduan saya dalam memilih hotel adalah semakin dekat dengan tempat wisata maka semakin baik. Jadi, saya memilih hotel yang jaraknya kurang lebih hanya sekitar 5 km di daerah Wonokerto, Probolinggo.Perjalanan menuju Probolinggo melalui jalur Pantura Pasuruan cukup lancar. Ketika memasuki perjalanan ke arah Wonokerto, hari sudah mulai malam, kami tidak memburu waktu untuk cepat tiba di hotel karena meningat perjalanan yang kami tempuh memang jauh. Kami tetap fokus di perjalanan dan berhati-hati.Hal yang kembali membuat perjalanan ini semakin berkesan adalah lokasi Hotel yang saya pilih paling dekat dengan lokasi wisata Gunung Bromo, ternyata sudah berada di lereng Gunung. Medan yang kami lewati juga semakin sulit karena jalanannya berkelok-kelok dan hari sudah gelap.Untuk mengelilingi Bromo, kami diberitahu harus menyewa Jeep yang nanti akan sekaligus dipandu oleh sopirnya ke lokasi wisata. Karena ternyata di Taman Nasional Gunung Bromo ini banyak spot-spot wisata yang bisa dikunjungi selain melihat puncak Gunung Bromo. Kami meminta bantuan pihak Hotel jika bisa membantu mencarikan persewaan Jeep.ΓβΓΒ Pihak hotel menyanggupi dan kami sudah harus stand by untuk dijemput jam 3 pagi.Tepat pukul 3 pagi kami sudah siap untuk mengeksplore Bromo sampai rasa kantuk dan lelah karena baru saja beristirahat sebentar tidak terasa. Selama di Jeep kami dibriefing bahwa kami akan dibawa ke 4 tempat pemberhentian yaitu Seruni Point, Padang Savana, Pasir Berbisik dan terakhir Puncak Bromo.Menuju tempat pemberhentian pertama yaitu Seruni Point, di sisi kiri dan kanan jalan sudah berjejer mobil Jeep dari wisatawan lain yang juga sudah siap untuk menantikan keindahan matahari terbit. Tak lupa, kami sudah siaga lengkap dengan berpakaian tebal karena udara sangat dingin. Kami dibawa ke tempat yang lebih tinggi oleh pak supir dan dipilihkan best view untuk melihat sunrise. Sekitar pukul 04.30 perlahan-lahan langit mulai terlihat cahaya, meskipun ada kabut tetapi pergantian menit membuat cahaya matahari semakin menyinari puncak Bromo.Setelah puas berfoto dengan sunrise, kami bergegas turun di meeting point awal, kemudian melanjutkan perjalanan ke Padang Savana. Di sini saya kembali terkagum-kagum karena pemandangan yang sungguh luar biasa. Mengingatkan saya pada film Jurassic Park yang saya tonton semasa kecil dulu. Kami tiba di Padang Savana ini benar-benar di waktu yang tepat, disambut pemandangan hijau dengan sinar matahari kuning yang hangat. Selain itu di Padang Savana ini juga ada perbukitan yang dinamai Bukit Teletubbies.Pemberhentian selanjutnya, kami dibawa menuju ke Pasir Berbisik yang merupakan hamparan pasir yang sangat luas. Disini kebanyakan para wisatawan berfoto diatas Jeep dengan latar belakang Gunung Batok. Kami tidak berlama-lama di sini karena harus melanjutkan perjalanan lagi yaitu menuju puncak Gunung Bromo.ΓβΓΒ Tempat pemberhentian Jeep dengan jalur menanjak cukup jauh dan matahari saat itu sudah mulai terik. Kami menyusuri hamparan pasir untuk menuju ke puncak Bromo. Sebenarnya, ada alternatif lain agar tidak lelah berjalan dan mendakin yaitu menggunakan kuda. Tepat sebelum menuju jalur pendakian banyak pedagang kaki lima yang menjajakan makanan dan minuman, kami singgah sebentar untuk mengisi perut sebelum melanjutkan perjalanan.Gunung Bromo merupakan gunung api yang masih aktif dengan ketinggian 2.329 mdpl. Pendakiannya terbagi menjadi dua medan. Medan yang pertama adalah pasir dengan batuan yang terjal. Medan kedua hingga menuju ke puncaknya sudah disediakan tangga dilengkapi dengan pegangan yang terbuat dari besi. Mengingat saat itu adalah puncak liburan akhir tahun, pendakian Bromo sangat ramai oleh wisatawan sampai saat menaiki tangganya kami harus sabar mengantri.Taman Nasional Gunung Bromo memang sangat indah dan di setiap spot pemberhentian juga lengkap dengan pemandangan khasnya tersendiri. Meskipun harus menempuh perjalanan yang jauh dan harus mengalami beberapa pengalaman yang tidak mengenakkan, namun semua itu terbayar lunas.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!