PHOTOS
Tanpa Turis, Kota Biru Chefchaouen Bisa Santai
Maroko - Saat Corona melanda Maroko, kota Chefchaouen jadi salah satu kota yang tak daftarkan kasus COVID-19. Guna cegah Corona, kota itu tutup akses dengan dunia luar.

Chefchaouen menjadi salah satu kota yang dilaporkan tidak mendaftarkan kasus COVID-19 saat virus Corona melanda kawasan Maroko. Salah satu kota wisata populer di Maroko itu pun kemudian memilih untuk melindungi populasi kecilnya dari infeksi virus Corona dengan menutup akses dari dunia luar selama berbulan-bulan.

Seperti diketahui, Chefchaouen merupakan kota yang terhampar di Pegunungan Rif, barat laut Maroko. Kota yang berdekatan dengan Tangier ini mendapat julukan 'The Blue Pearl of Morocco' atau mutiara biru dari Maroko.

Julukan tersebut diberikan bukan tanpa alasan. Saat berkunjung ke Chefchaouen bangunan-bangunan yang berdiri di kota itu tampak dihiasi dengan warna biru.

Menurut beberapa catatan sejarah, warna biru pada Kota Chefchaouen ini merupakan sisa sejarah Abad ke-15. Saat para pengungsi Yahudi lari dari penguasaan Spanyol dan menetap di Chefchaouen. Mereka membawa tradisi mewarnai semua barang dengan warna biru, untuk menyamakan dengan langit dan mengingatkan mereka pada Tuhan.

Kota Chefchaouen berkonsep kota tua, atau madinah qodimah. Sehingga untuk mengelilingi Kota Chefchaouen, Anda hanya bisa bersepeda atau berjalan kaki saja. Penghasilan utama masyarakat Chefchaouen bergantung pada wisata dan pertanian.

Sejumlah warga di Kota Chefchaouen pun mengumpulkan pundi-pundi uang dengan membuka usaha pangkas rambut hingga berjualan berbagai macam kue dan makanan khas kota tersebut.

Seorang anak berkeliling salah satu area di Kota Chefchaouen, Maroko, untuk menjajakan kue buatan sendiri.

Sebagai salah satu kota wisata yang populer, selama libur Natal dan tahun baru beberapa waktu lalu, mayoritas wisatawan yang datang ke kota tersebut merupakan wisatawan lokal, bukan wisatawan Eropa maupun China yang biasanya memadati jalan-jalan sempit di Kota Chefchaouen.