Yogyakarta - Yogyakarta tersohor sebagai kota yang kaya akan ragam destinasi pariwisata. Beragam destinasi wisata di kota ini kian menarik saat dipotret lewat kamera instan.
Foto Travel
Menjelajah Yogyakarta yang Istimewa Lewat Kamera Instan

Kawasan Malioboro dan Tugu Golong Gilig atau Tugu Pal Putih kerap kali jadi destinasi andalan para wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Melihat letak geografisnya, kawasan Malioboro dan Tugu Pal Putih berada satu garis lurus bersama Panggung Krapyak dan Keraton. Garis imajiner atau Sumbu Filosofis Yogyakarta ini pun menyimpan makna yang mendalam dan merupakan gambaran konsep perjalanan hidup manusia mulai dari kandungan, lahir, dan akhirnya kembali kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Tak jauh dari Malioboro tepatnya di kawasan Titik Nol Yogyakarta ada pula Monumen Serangan Umum 1 Maret yang didirikan untuk memperingati serangan tentara Indonesia terhadap Belanda pada tanggal 1 Maret 1949. Selain Monumen Serangan Umum 1 Maret ada pula sejumlah bangunan bersejarah lainnya di Titik Nol Kilometer Yogyakarta mulai dari Kantor Pos Besar, kantor BNI 46 yang dahulu digunakan sebagai gedung Asuransi Nederlandsch-Indiche Levensverzekeringen en Lijfrente Maatschappij (NILLMIJ), hingga Gedung Bank Indonesia Yogyakarta yang dahulu merupakan kantor cabang De Javasche Bank.
Ada beragam bangunan bersejarah yang hingga kini masih dapat ditemui dan dilestarikan, salah satunya adalah Stasiun Lempuyangan. Stasiun yang didirikan pada tahun 1872 ini diresmikan oleh perusahaan kereta api swasta Hindia Belanda yakni Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Pembangunannya pun dilakukan untuk membantu Belanda dalam proses pengakutan gula yang mana di masa itu banyak industri gula bermunculan di kawasan Yogyakarta dan dikuasai oleh Belanda. Kini, Stasiun Lempuyangan masih beroperasi dan melayani pemberhentian semua KA ekonomi yang melintasi Yogyakarta.
Bergerak ke arah selatan dan berada di kawasan keraton, ada pula Taman Sari Yogyakarta. Situs bersejarah warisan keraton Yogyakarta ini dibangun pada masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubowono I. Diketahui, arsitek bangunan yang dikenal juga dengan nama istana air itu berasal dari Portugis, tak heran corak bangunan di Taman Sari memadukan gaya seni arsitektur Eropa dan Jawa. Di masa lalu, Taman Sari digunakan untuk empat pemandian permaisuri serta para putri raja. Kini situs bersejarah tersebut menjadi salah satu destinasi wisata favorit wisatawan saat berkunjung ke Yogyakarta.
Kotagede yang berada di wilayah Kabupaten Bantul kerap disebut sebagai kota tuanya Yogyakarta. Sebutan itu bukan tanpa alasan, ada sejarah panjang yang mengiringi perjalanan Kotagede. Selain menjadi saksi tumbuhnya Kerajaan Mataram Islam, kota itu juga menjadi saksi politik pecah belah yang dilakukan Belanda pada Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta di masa silam. Ada sejumlah peninggalan bersejarah yang masih dapat ditemui para wisatawan saat berkunjung ke Kotagede, mulai dari Pasar Kotagede, Komplek Makam Pendiri Kerajaan, Masjid Kotagede hingga rumah-rumah tradisional.
Ada beragam rumah tradisional yang dapat ditemui di kawasan Kotagede. Tak jarang rumah-rumah tradisional itu menjadi tempat foto para wisatawan atau anak muda yang berkunjung ke Kotagede.
Yogyakarta juga kaya akan candi-candi peninggalan kerajaan di masa silam. Selain Candi Prambanan, Candi Ijo dan Ratu Boko, Candi Barong juga menarik untuk dijelajahi. Candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ini bercorak Hindu dan diperkirakan dibangun pada abad ke-9 atau 10 masehi. Candi yang dahulu digunakan sebagai tempat pemujaan Dewa Wisnu dan Dewa Sri ini ditemukan kembali pada awal abad ke-20 dalam kondisi runtuh. Pemugaran pun dilakukan hingga selesai pada tahun 1992. Candi ini dinamai Candi Barong karena ditemukannya ukiran Makara dan Batara Kala yang menurut masyarakat sekitar memiliki kemiripan dengan barong.
Β Kembali ke kawasan Malioboro, ada Benteng Vredeburg yang juga menarik untuk dikunjungi. Dibangun pada tahun 1760 atas perintah dari Sri Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan Belanda, benteng ini mulanya digunakan untuk menjaga keamanan di area sekitar keraton Yogyakarta. Namun, maksud Belanda meminta benteng ini didirikan adalah untuk memudahkan pengawasan pihak Belanda terhadap segala kegiatan yang dilakukan oleh pihak keraton. Pascakemerdekaan tepatnya tahun 1987, bangunan bersejarah ini pun dibuka untuk umum dan beralihfungsi menjadi museum. Di bangunan ini pengunjung dapat melihat beragam diorama, lukisan, hingga barang-barang peninggalan Belanda lainnya.
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol