Jakarta - Situs Bhre Kahuripan atau Candi Tribhuwana Tunggadewi terletak di persawahan Desa Klinterejo, Kabupaten Mojokerto. Yuk lihat hasil ekskavasi tahap ketiga.
Foto Travel
Mengulik Temuan Arkeologi di Candi Tribhuwana Tunggadewi

Hasil tiga tahap ekskavasi oleh BPCB Jatim tahun 2018-2020 menemukan bangunan candi seluas 14x14 meter persegi. Hampir seluruh bagian candi ini terbuat dari batu andesit. Tahun ini ekskavasi dilanjutkan mulai 27 September sampai 22 Oktober 2021.
Batu Yoni terletak di bagian atas Candi Tribhuwana Tunggadewi. Batu sarat ukiran ini mempunyai dimensi 191x184x121 cm.
Sebelum diekskavasi, batu yoni menjadi ikon situs purbakala di Desa Klinterejo ini.
Warga setempat menyebutnya dengan situs Watu Ombo atau Petilasan Tribhuwana Tunggadewi. Karena sejak dibangun masyarakat tahun 1960an, hanya batu yoni ini yang nampak. Setelah diekskavasi dalam tiga tahap, ternyata terdapat struktur candi di bawahnya.
Ukiran angka tahun menggunakan Aksara Jawa Kuno pada permukaan sisi barat batu yoni. Yaitu tertulis angka 1294 saka atau 1372 masehi. Angka tahun ini menjadi dasar para arkeolog membuat hipotesis Candi Tribhuwana Tunggadewi dibangun pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk tahun 1350-1389 masehi. Hayam Wuruk membangun candi untuk tempat pemujaan terhadap ibunya, Ratu Tribhuwana Tunggadewi. Tribhuwana tercatat sebagai raja perempuan (ratu) pertama dalam sejarah Majapahit. Ia merupakan raja ketiga yang memerintah tahun 1328-1350 masehi, putri pasangan Raden Wijaya dan Gayatri.
Ditemukan 14 batu umpak di Situs Bhre Kahuripan dan sekitarnya. Pada zaman Majapahit, batu ini berfungsi sebagai pijakan tiang bangun. Selain umpak, tim ekskavasi BPCB Jatim juga menemukan banyak pecahan genting dan ukel atau hiasan atap bangunan.
Temuan-temuan ini menjadi dasar para ahli menduga Candi Tribhuwana Tunggadewi mempunyai bangunan pelindung di atasnya pada masa lalu. Bangunan tersebut terbuat dari kayu dengan atap genting.
Tim Ekskavasi dari BPCB Jatim juga menemukan 7 dari 8 batu astadikpalaka. Batu berelief ini terdapat pada kaki Candi Tribhuwana Tunggadewi dan dipasang sesuai 8 arah mata angin. Masing-masing batu berukir lambang 8 dewa penjaga arah mata angin sesuai kepercayaan dalam Agama Hindu. Temuan batu astadikpalaka membuktikan Situs Bhre Kahuripan merupakan bangunan suci pada zaman Majapahit. Hanya saja batu kedelapan yang diduga di kaki candi sisi barat sampai saat ini belum ditemukan.
Tepat di bawah batu yoni pada puncak Candi Tribhuwana Tunggadewi terdapat sumur kotak berukuran 250x250 cm. Kedalaman sumur yang sudah diekskavasi mencapai 3,9 meter. Arkeolog BPCB Jatim Pahadi menyebut sumur ini bagian paling sakral sebuah candi karena tempat menyimpan peripih. Yaitu wadah untuk barang-barang berharga milik raja atau ratu Majapahit yang biasa dipakai semasa hidupnya. Lazimnya peripih berisi perhiasan emas dan logam mulia. Peripih berisi harta karun di Situs Bhre Kahuripan ini diduga kuat sudah hilang karena dicuri.
Tim Ekskavasi dari BPCB Jatim melanjutkan penggalian di sisi timur, utara, selatan dan barat Candi Tribhuwana Tunggadewi. Ekskavasi tahap 4 digelar mulai 27 September sampai 20 Oktober 2021. Luas area yang digali mencapai 640 meter persegi. Penggalian arkeologi kali ini ditargetkan menemukan halaman dan pagar candi, serta menentukan titik aman untuk membangun tiang cungkup. Karena Situs Bhre Kahuripan akan dimanfaatkan untuk destinasi wisata.
Lempengan berbentuk kura-kura dan berbahan emas ditemukan di dalam sumur Candi Tribhuwana Tunggadewi. Benda cagar budaya ini ditemukan terapit bata merah kuno di dalam sumur. Arkeolog BPCB Jatim Pahadi berpendapat, kura-kura berbahan emas ini sengaja dipasang pada zaman Majapahit untuk menjaga stabilitas bumi. Karena dalam mitologi Majapahit, kura-kura adalah binatang penyangga bumi. Saat ini, kura-kura emas tersebut disimpan di kantor BPCB Jatim.
Candi Tribhuwana Tunggadewi menghadap ke barat. Arkeolog BPCB Jatim Pahadi menyebutkan, pintu masuk candi berada di sebelah barat. Ekskavasi tahap empat saat ini pihaknya menargetkan menggali bagian tangga candi yang berpotensi masih terkubur. Penggalian juga difokuskan di sisi barat candi untuk menemukan halaman dan pagar candi. Sehingga seluruh komponen candi bisa dinampakkan.
Kendi susu, salah satu artefak yang ditemukan di Candi Tribhuwana Tunggadewi. Wadah minuman ini diduga sebagai salah satu peralatan upacara keagamaan di candi tersebut pada zaman Majapahit.
Sebuah arca besar berbahan batu andesit juga ditemukan di Situs Bhre Kahuripan. Arca ini tingginya lebih dari 2 meter, lebarnya 1,8 meter, tebalnya 25-30 cm. Sosok Arca ini masih menjadi misteri karena bagian mukanya rusak bekas dipahat. Arkeolog BPCB Jatim Pahadi menduga arca ini berbentuk Harihara, gabungan Dewa Siwa dan Dewa Wisnu. Hipotesis tersebut berdasarkan sisa-sisa pecahan arca yang ditemukan selama ekskavasi.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum