Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Jumat, 17 Mar 2023 13:30 WIB

PHOTOS

Gelar Upacara Unggahan, Suku Adat Bonokeling Jalan Kaki 30 Km

Banyumas - Warga kaum adat Bonokeling kembali menggelar prosesi unggahan. Mereka berjalan kaki menempuh jarak sekitar 30 kilometer menuju ke Makam Kiai Bonokeling.

Warga kaum adat Bonokeling berjalan kaki menuju rumah adat dengan membawa hasil bumi yang merupakan bagian dari prosesi unggahan di Desa Tapen, Kecamatan Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (16/3/2023).   

Warga kaum adat Bonokeling berjalan kaki menuju rumah adat dengan membawa hasil bumi yang merupakan bagian dari prosesi unggahan di Desa Tapen, Kecamatan Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (16/3/2023).   

Hasil bumi tersebut kemudian dimasak dan dimakan bersama setelah mereka membersihkan serta berdoa di makam leluhur Bonokeling.   

Hasil bumi tersebut kemudian dimasak dan dimakan bersama setelah mereka membersihkan serta berdoa di makam leluhur Bonokeling.   

Mereka berjalan kaki menempuh jarak sekitar 30 kilometer menuju ke Makam Kiai Bonokeling di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, untuk melakukan ziarah dan memohon berkah menjelang bulan Ramadan.  

Mereka berjalan kaki menempuh jarak sekitar 30 kilometer menuju ke Makam Kiai Bonokeling di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, untuk melakukan ziarah dan memohon berkah menjelang bulan Ramadan.  

Wardoyo (38), salah seorang anggota masyarakat adat dari Daun Lumbung, Kelurahan Tambakreja, Kecamatan Cilacap Selatan, mengatakan, dirinya bersama ratusan orang lain berangkat dari Cilacap pukul 03.30. Mereka tiba di Desa Pekuncen sekitar pukul 16.00.   

Wardoyo (38), salah seorang anggota masyarakat adat dari Daun Lumbung, Kelurahan Tambakreja, Kecamatan Cilacap Selatan, mengatakan, dirinya bersama ratusan orang lain berangkat dari Cilacap pukul 03.30. Mereka tiba di Desa Pekuncen sekitar pukul 16.00.   

Di bawah terik matahari serta rute jalan yang mendaki bukit, Wardoyo dan masyarakat adat lain mengenakan pakaian adat.   

Di bawah terik matahari serta rute jalan yang mendaki bukit, Wardoyo dan masyarakat adat lain mengenakan pakaian adat.   

Para lelaki memakai pakaian hitam, jarik batik, serta ikat kepala. Adapun para perempuan mengenakan kebaya dan jarik.   

Para lelaki memakai pakaian hitam, jarik batik, serta ikat kepala. Adapun para perempuan mengenakan kebaya dan jarik.   

Alas kaki yang digunakan sebagian besar dari mereka adalah sandal jepit, tapi ada pula yang tak memakai alas kaki apa pun.  

Alas kaki yang digunakan sebagian besar dari mereka adalah sandal jepit, tapi ada pula yang tak memakai alas kaki apa pun.  

Keberadaan masyarakat adat Bonokeling tak bisa dilepaskan dari sosok Bonokeling. Konon Bonokeling adalah tokoh spiritual dari Kadipaten Pasir Luhur (sekarang wilayah Karanglewas, Banyumas).   

Keberadaan masyarakat adat Bonokeling tak bisa dilepaskan dari sosok Bonokeling. Konon Bonokeling adalah tokoh spiritual dari Kadipaten Pasir Luhur (sekarang wilayah Karanglewas, Banyumas).   

Wilayah ini dulu merupakan bagian dari Kerajaan Padjadjaran. Kedatangan Bonokeling ke Desa Pekuncen dalam rangka pembukaan wilayah pertanian.  

Wilayah ini dulu merupakan bagian dari Kerajaan Padjadjaran. Kedatangan Bonokeling ke Desa Pekuncen dalam rangka pembukaan wilayah pertanian.  

Oleh karena itu, nuansa agraris menjadi ciri utama tradisi Bonokeling. Tradisi unggah-unggahan, misalnya, awalnya diadakan menjelang musim panen padi. Acara berlangsung lima hari, mulai dari penyambutan tamu, berdoa bersama, ziarah, selamatan, dan pengiringan tamu pulang.  

Oleh karena itu, nuansa agraris menjadi ciri utama tradisi Bonokeling. Tradisi unggah-unggahan, misalnya, awalnya diadakan menjelang musim panen padi. Acara berlangsung lima hari, mulai dari penyambutan tamu, berdoa bersama, ziarah, selamatan, dan pengiringan tamu pulang.  

BERITA TERKAIT
BACA JUGA