Jakarta - Di perbatasan Pulau Timor, NTT, sebuah wilayah kecil bernama Wini menjadi rumah bagi tradisi yang hidup dan terus bertahan di tengah arus modernitas.
Picture Story
Wini dalam Tiga Irama: Tenun, Tari, dan Kuda Pacu
Wini berada di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), NTT. Meski dikenal sebagai pos lintas batas negara (PLBN) IndonesiaβTimor Leste, kawasan ini menyimpan kekayaan budaya yang melampaui identitas administratifnya. Dari kain tenun tradisional, tarian adat, hingga pacuan kuda, semua menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat di sana.

Tenun bukan sekadar produk kerajinan tangan. Di Wini, menenun adalah warisan budaya yang diturunkan antar generasi perempuan. Setiap motif punya artiβtentang alam, leluhur, atau filosofi hidup lokal.
Prosesnya bisa memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Mereka menggunakan benang kapas, pewarna alami, dan alat tenun tradisional yang sederhana.
Tari Bidu masih rutin ditampilkan dalam berbagai acara adat dan penyambutan tamu. Gerakannya halus, namun penuh makna. Diiringi musik gong dan tambur, para penariβkebanyakan perempuanβmengenakan busana tradisional dengan kain tenun buatan sendiri.
Tarian ini dianggap sebagai simbol kebersamaan dan penghargaan. Anak-anak muda tetap diajarkan menari, menjadikannya sebagai bagian dari identitas kolektif.
Budaya berkuda juga sangat kuat di Wini. Kuda pacu menjadi simbol prestise dan kebanggaan. Setiap musim pacuan, warga dari berbagai desa membawa kuda terbaik mereka untuk bertanding di padang terbuka.
Masyarakat dilatih sejak kecil untuk menjadi joki. Mereka menunggangi kuda tanpa pelana, dengan kecepatan di lintasan tanah. Tidak hanya sebagai tontonan, balapan ini adalah ajang kehormatan bagi banyak keluarga.
Ketiga elemenβtenun, tari, dan pacuan kudaβadalah wajah dari budaya Wini. Di tengah terpaan globalisasi dan perkembangan wilayah perbatasan, masyarakat tetap menjaga warisan mereka dengan bangga.
Meski tantangan modern semakin besar, Wini terus menunjukkan bahwa perbatasan bukan hanya tentang garis politik, tetapi juga tentang identitas, cerita, dan daya hidup yang dibangun dari generasi ke generasi.
Pembangunan infrastruktur di sekitar PLBN membawa dampak ganda bagi Wini. Di satu sisi membuka akses dan peluang baru, di sisi lain mendorong masyarakat untuk lebih aktif menjaga budaya.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia