Di Bandara Juanda saya rasakan nyeri yang luar biasa pada kaki kanan yang baru saja kontrol untuk lepas perban, 2 jam sebelum saya putuskan untuk berangkat menuju Ternate. Sebuah keputusan yang cukup nekat sebenarnya.
|
Setelah mencetak boarding pass Sriwijaya Air, langsung saya memasuki Terminal 1B keberangkatan. Sekaligus menitipkan tas punggung ke bagasi. Sambil memakai kreuk, tentu tak menguntungkan jika harus menenteng backpack yang cukup berat.
|
Prosedur check in saya lewati dengan normal. Meski petugas menyilakan untuk mendahului penumpang yang lain. Sekaligus saya buat untuk melatih otot kaki yang mulai bengkak lagi. Petugas memastikan saya layak terbang dengan kondisi sakit yang demikian.
|
Seluruh staf Sriwijaya Air memberikan layanan yang prima kepada saya. Apalagi setelah saya sampaikan bahwa saya adalah salah satu Laskar Gerhana Detikcom yang didukung Sriwijaya Air. Tawaran untuk menggunakan kursi roda pun saya tolak
|
Setelah berhasil mencapai depan Gate B6, saya sandarkan seluruh nyeri dan lelah pada sebuah bangku panjang. Alhamdulillah, 1 jam mata sempat terlelap, hingga seseorang membangunkan karena hape terjatuh.
|
Baru menyadari setelah bangun tidur, luka terbuka pada betis sisi luar kaki kanan mulai mengucurkan darah. Dengan sepenuh hati, petugas bernama Mas Mughni mengantarkan menggunakan kursi roda menuju lantai klinik di lantai 1 Bandara Soetta
|
Perjalanan awal menahan rasa nyeri dan sakit itu pun dimulai. Tentu ini tak akan sebanding dengan kehendak hati untuk menjadi saksi mata gerhana matahari total dari atas bumi Ternate bersama Laskar Gerhana Detikcom lainnya.
|
Halaman 2 dari 8
Komentar Terbanyak
Belum Dibayar, Warga Sekitar Sirkuit Mandalika Demo-Tagih ke ITDC
Warga Harap Wapres Gibran Beri Solusi Atasi Banjir Bali
Profil Menteri Haji Era Presiden Prabowo, Gus Irfan yang Hobi Sepedaan