Anak muda itu merendahkan tubuhnya untuk membaca keterangan yang tertera pada benda bersejarah yang tengah menarik perhatiannya. Ada dua versi tulisan, yakni huruf Mandarin dan Arab.
Ia memilih membaca yang versi huruf Arab, dan mengejanya perlahan dengan suara lirih. Setelah selesai membacanya, ia menegakkan kembali tubuhnya dan mengamati benda dalam kotak kaca itu. Sesosok mumi!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Xinjiang Museum di Urumqi, sore akhir pekan lalu itu ramai pengunjung. Termasuk, dua anak muda yang terlihat berwajah khas, berbeda dari umumnya anak muda warga Republik Rakyat China.
![]() |
Mumi adalah salah satu artefak bersejarah yang tersimpan dan terdokumentasikan dengan baik di Xinjiang Museum. Mumi tertua yang tersimpan di museum tersebut berasal dari 1.800 tahun sebelum Masehi, berupa sosok perempuan dewasa berambut panjang dan berwarna, serta memiliki mata yang cekung dan tulang hidung panjang dan bibir mungil. Gambaran tersebut diyakini merujuk pada manusia Europoid kuno.
Ada pula mumi perempuan yang lebih muda yakni, dari 800 tahun sebelum masehi. Mumi setinggi 160 cm tersebut merupakan sosok berdarah campuran antara Europoid dan Mongoloid.
Selain itu, masih ada lagi mumi bayi, yang menarik perhatian pengunjung museum. Mumi bayi tersebut berasal dari 3.800 tahun lalu, namun baru diambil dari Kuburan Gumogou pada 1979. Sosok bayi tersebut terbungkus semacam kain wool tebal di sekujur tubuhnya, dan hanya tampak tengkorak kepalanya. Mumi-mumi yang terbaring di dalam kotak kaca itu memberikan nuansa mistis ruangan museum.
Selain menyimpan benda-benda bersejarah, Xinjiang Museum juga diperkaya dan diperindah dengan diorama-diorama yang menggambarkan kehidupan suku setempat di masa lalu. Ada juga peninggalan kain-kain kuno yang terbuat dari sutra, dengan hiasan dan pola-pola tertentu, dari zaman Dinasti Qing (1644-1911 sesudah Masehi).
![]() |
Pemerintah Beijing sangat memperhatikan benda-benda warisan budaya sebagai pijakan bagi kebijakan ekonomi mereka. Sejak 2013, China meluncurkan sebuah inisiatif kerja sama ekonomi untuk menghidupkan kembali jalur perdagangan dengan negara-negara tetangga, yang di masa lalu disebut sebagai Jalan Sutra.
Inisiatif itu 'The Silk Road Economic Belt and the 21st-century Maritime Silk Road' atau sering disingkat menjadi 'Ona Belt One Road' atau 'The Belt and Road Initiative' tersebut merupakan ambisi China untuk memberi manfaat bagi negara-negara yang berbatasan dengannya di Jalan Sutra.
"Perlindungan terhadap warisan-warisan budaya kuno di Xinjiang telah menjadi konsensus pemerintah pusat, juga tentu saja pemerintah setempat dan juga masyarakat dari seluruh etnis yang ada," ujar May Yingsheng, Deputi Direktur pada Departemen Kebudayaan Xinjiang, yang juga deputi direktur pada Komiter Ahli Perlindungan Warisan Budaya Xinjiang kepada 22 pemimpin dan awak media dari 15 negara yang diundang oleh Kantor Informasi Pemerintah Otonomi Xinjiang, China.
Dengan penduduk 23 juta jiwa yang terdiri atas 47 etnik, Xinjiang menjadi model bagi pemerintah China dalam kebijakan dan strategi perlindungan warisan budaya. "Peran dan fungsi penting Xinjiang sebagai garis depan The Silk Road Economic Belt yang diiniaisi pemerintah China semakin nyata dan terbuka," tutur Huang Ping Chou dari Xinjiang Commerce Departement.
![]() |
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!