Geylang, Kawasan Khusus Dewasa di Singapura

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Laporan dari Singapura

Geylang, Kawasan Khusus Dewasa di Singapura

- detikTravel
Senin, 02 Des 2013 07:48 WIB
Suasana di Geylang (Munshi Ahmed/TIME)
Singapura - Kalau Amsterdam punya Red Light District, Bangkok punya Patpong, maka Singapura punya Geylang. Inilah kawasan 'khusus dewasa' yang ramai di malam hari. Singapura rupanya punya wajah tersembunyi, selain dunia belanja.

Malam itu jam menunjukan pukul 22.00 waktu Singapura. Udara malam terasa sejuk. Hujan sesaat membasahi permukaan aspal yang panas saat detikTravel berkunjung ke Singapura beberapa waktu lalu.

Ternyata Singapura tak hanya punya wajah rapi, gemerlap dan dunia belanja. Singapura sebenarnya punya wajah lain yang sepertinya agak tersembunyi kecuali bagi penikmat hiburan malam. Demikianlah ketika sopir taksi mengantar kami ke sebuah jalan dimana kehidupan tetap ramai meski malam kian larut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kami turun di Lorong 18, di kawasan Geylang. Ya, ini adalah kawasan red light district di Singapura alias kawasan khusus dewasa. Bukannya mengajari, tapi faktanya memang tempat seperti ini memang ada. Menurut si sopir taksi, Lorong 18 adalah daerah prostitusi legal.

"Di jalan lain, kalau ada polisi mereka (perempuan) semua lari," kata si supir taksi.

Lorong 18 merupakan sebuah jalan yang hanya bisa dilalui 2 mobil. Sekitar belasan rumah bordil berjejer di sepanjang jalan ini. Panjang jalannya sekitar 300 meter.

Terlihat sekilas dari luar, para wanita penjaja seks itu berada dalam sebuah ruangan kaca seperti akuarium dengan pakaian-pakaian seksinya. Mereka bersenda gurau sambil menunggu konsumen yang datang. Sengaja kami tidak mengeluarkan kamera, karena rasanya kok seperti kurang aman kalau terlihat membawa kamera.

Di ujung Lorong 18, ada sebuah kedai kopi yang ramai pengunjungnya. Kedai kopi ini layaknya warung kaki lima, dimana meja dan kursinya berjejer di pinggir jalan Lorong 18. Kami bertiga memesan minuman untuk melepas dahaga sambil mengamati suasana.

Baru sekitar 10 menit duduk, kami malah didatangi oleh perempuan berpakaian seksi. Dia mengatakan ingin bergabung bersama kami dan ingin berbincang-bincang. Tentu saja kami menyambutnya dengan ramah. Dia memperkenalkan diri bernama Ling asal Vietnam. Dia mengaku tidak terlalu lancar berbahasa Inggris.

Dia menawarkan kencan semalam dengan tarif puluhan dolar Singapura selama satu jam, di luar tarif hotel. Tidak lama, 2 teman Ling ikutan datang dan menawarkan tarif yang lebih murah karena baru beberapa hari di Singapura. Tentu kami menolak tawaran itu, karena kami hanya sekedar ingin berjalan-jalan sambil menikmati malam di Singapura.

Kami melanjutkan perjalanan kami di lorong-lorong lainnya. Entah ada berapa lorong di kawasan Geylang, namun yang kami ketahui bahwa di salah satu sisi adalah lorong bernomor genap, sementara sisi lainnya bernomor ganjil.

Kami sampai di lorong bernomor kecil genap. Kamis susuri mulai dari Lorong 12, 10, 8 dan 6. Para wanita penjaja seks berkeliaran di setiap sisi jalan. Selain mereka, banyak juga para lelaki yang berkumpul di sudut-sudut jalan sambil menikmati minuman keras. Mereka sepertinya para penjaga wanita-wanita tersebut.

Menurut informasi yang kami dapat, setiap lorong-lorong di kawasan ini terdapat PSK dari berbagai negara misalnya dari India, Thailand, Filipina, Vietnam bahkan Indonesia. Di lokasi ini, para PSK lebih agresif dari lorong sebelumnya.

Mereka tak sungkan untuk mencolek para pejalan kaki bahkan menggandengnya untuk menawarkan jasa. Mereka biasanya tahu turis asal mana yang melintas di hadapan mereka. Sehingga mereka setidaknya menguasai bahasa asing lebih dari satu hanya untuk sekedar menyapa para turis.

Malam kian larut. Penelusuran kami rupanya harus diakhiri seiring rasa lelah dan kantuk yang mulai menyerang. Kami langsung menyetop taksi dan meminta diantar ke hotel di kawasan Orchad Road.

(sst/sst)

Hide Ads