Sakai -
Wakaido atau Taiko adalah alat musik perkusi tradisional Jepang dari sekitar abad ke-17. Inilah bedug khas Jepang yang rupanya beraneka macam, dan sering dipertunjukan di hadapan wisatawan. Ada bentuk apa saja ya?
detikTravel berkesempatan melihat langsung seperti apa Wakaido dan bagaimana cara memainkannya saat Media Sakai ASEAN Week beberapa waktu lalu. Penasaran seperti apa, ini 5 jenisnya!
1. Nagado Daiko
(Hany/detikTravel)
|
Nagado Daiko adalah perkusi yang mirip sekali dengan bedug di masjid kalau di Indonesia. Nagado berarti panjang dan Daiko berarti drum, jadi itu adalah drum yang panjang.
Alat musik ini sudah ada sejak Zaman Edo yaitu tepatnya sekitar abad ke-17. Biasanya, alat musik ini dimainkan secara bersamaan. Tidak kaku seperti orkestra, pemain ini bisa lebih bebas bergerak.
2. Shime Daiko
(Hany/detikTravel)
|
Shime Daiko adalah drum yang suaranya seperti snare drum, 'trutuk tuktuk trutuk tuktuk'. Drum ini diposisikan horizontal yang diikat dan diatur dengan tali atau baut besi.
Pemain 'bedug' ini bisa bergerak mengikuti irama. Juga, mereka bisa menimpali musik dengan suara yang dikeluarkan dari mulut.
3. Okedo Daiko
(Hany/detikTravel)
|
Okedo Daiko ini bentuknya panjang seperti Nagado Daiko. Namun alat ini diatur kekencangannya dengan tali seperti Shime Daiko. Ada tali yang akan mengatur kekencangan dari alat musik ini.
Dalam memainkan Wadaiko, tidak ada aturan baku mengenai berapa banyak jenis dan orang yang memainkannya. Bisa saja pentas berlangsung dengan satu jenis atau bisa juga sebanyak 21 jenis perkusi.
4. Hirado Daiko
(Hany/detikTravel)
|
Nah, ini perkusi atau drum yang paling besar. Diameternya bisa mencapai 50 cm. Fungsinya seperti bass di instrumen musik barat.
Bunyinya berdebum-debum. Selain besar, kayu pembuat drum jenis ini haruslah dari pohon Kusu. Semua kulit drum ini juga harus terbuat dari kulit sapi betina. Karena vibrasi yang dihasilkan akan berbeda.
5. Atarigane
(taikomasa.co.jp)
|
Atarigane bentuknya seperti gong. Namun yang ini berukuran mini seukuran genggaman telapak tangan. Alat musik ini juga dibuat dari kuningan yang dipukul dengan tongkat besi kecil. Bunyinya berdenting seperti triangle, 'ting ting ting ting'.
Nagado Daiko adalah perkusi yang mirip sekali dengan bedug di masjid kalau di Indonesia. Nagado berarti panjang dan Daiko berarti drum, jadi itu adalah drum yang panjang.
Alat musik ini sudah ada sejak Zaman Edo yaitu tepatnya sekitar abad ke-17. Biasanya, alat musik ini dimainkan secara bersamaan. Tidak kaku seperti orkestra, pemain ini bisa lebih bebas bergerak.
Shime Daiko adalah drum yang suaranya seperti snare drum, 'trutuk tuktuk trutuk tuktuk'. Drum ini diposisikan horizontal yang diikat dan diatur dengan tali atau baut besi.
Pemain 'bedug' ini bisa bergerak mengikuti irama. Juga, mereka bisa menimpali musik dengan suara yang dikeluarkan dari mulut.
Okedo Daiko ini bentuknya panjang seperti Nagado Daiko. Namun alat ini diatur kekencangannya dengan tali seperti Shime Daiko. Ada tali yang akan mengatur kekencangan dari alat musik ini.
Dalam memainkan Wadaiko, tidak ada aturan baku mengenai berapa banyak jenis dan orang yang memainkannya. Bisa saja pentas berlangsung dengan satu jenis atau bisa juga sebanyak 21 jenis perkusi.
Nah, ini perkusi atau drum yang paling besar. Diameternya bisa mencapai 50 cm. Fungsinya seperti bass di instrumen musik barat.
Bunyinya berdebum-debum. Selain besar, kayu pembuat drum jenis ini haruslah dari pohon Kusu. Semua kulit drum ini juga harus terbuat dari kulit sapi betina. Karena vibrasi yang dihasilkan akan berbeda.
Atarigane bentuknya seperti gong. Namun yang ini berukuran mini seukuran genggaman telapak tangan. Alat musik ini juga dibuat dari kuningan yang dipukul dengan tongkat besi kecil. Bunyinya berdenting seperti triangle, 'ting ting ting ting'.
.webp)
Upload Photo
Write a Story
Komentar Terbanyak
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom
Pendemo Tolak Kapal Pesiar Bawa Turis Israel Berlabuh di Yunani