Kisah Tiga Bunga di Blue Mosque, Istanbul

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Laporan dari Turki

Kisah Tiga Bunga di Blue Mosque, Istanbul

Sudrajat - detikTravel
Senin, 22 Jun 2015 16:31 WIB
Interior Blue Mosque (Sudrajat/detikTravel)
Istanbul - Ramadan sambil menikmati keindahan Blue Mosque di Istanbul, Turki, rasanya nikmat betul. Selain kaligrafi Al Quran, interior masjid landmark Turki itu berhias ornamen tulip, mawar dan anyelir. Ada arti penting di baliknya.

Ada tiga jenis bunga yang menjadi ornamen penghias pada keramik dinding keramik dan karpet di Masjid Sultan Ahmed II atau Masjid Biru di Istanbul, Turki. Ketiga bunga dimaksud adalah Tulip, Mawar, dan Anyelir. Masing-masing bunga punya makna tersendiri.

"Jika Anda cermati, tulip itu mirip sekali dengan tulisan kata Allah. Sementara mawar kerap dianggap sebagai simbol cinta kasih, dan anyelir merupakan simbol bunga kesukaan Nabi Muhammad SAW," papar Ramazan Goden, pemandu wisata yang menemani detikTravel bersama rombongan wisata religi 'Franchise Gathering Zoya', Selasa (9/6/2015) lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masjid yang dibangun Sultan Ahmed II antara tahun 1609 dan 1616 itu menjadi salah satu objek wisata yang dikunjungi rombongan yang dipimpin Komisaris Shafira Corporation Gilarsi Wahyu Setiono. Destinasi lain adalah Istana Topkapi dan Museum Hagia Sophia.

Motif bunga tulip berwarna biru yang terbuat dari keramik pada interior masjid menjadi salah satu klaim bahwa bunga ini asli milik Turki. Hanya saja selama ini banyak orang mengira tulip berasal dari Belanda. Motip bunga tulip dan anyelir juga menghiasi karpet di dalam masjid.

Menurut Ramadan bunga tulip mulai dibawa ke Belanda pada sekitar tahun 1550-an oleh kapal-kapal yang berasal dari Istanbul. Kata 'tulip' berasal dari bahasa Turki yang artinya sorban.

Dokumentasi pertama tentang penanaman bunga tulip ada abad ke-16 di Kebun Raya Universitas Leiden. Menurut catatan itu, bunga tulip yang ditanam di kebun raya Universitas Leiden dibawa oleh Carolus Clusius dari Wina, Austria, penanggung jawab taman istana di Austria. Ketika itu, pengaruh budaya Turki sangat kuat di Austria terutama dari gaya berpakaian yang oriental dan tradisi minum kopi.

Rupanya cuaca dan iklim di Belanda, khususnya Keukenhof, lebih mendukung pembudidayaan tulip. Selain itu, teknologi rekayasa genetik di Belanda juga lebih maju untuk melakukan kawin silang sehingga corak Tulip menjadi lebih warna-warni.

(aff/aff)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads