Puncak Everest, puncak gunung paling tinggi ini memberikan sejuta pengalaman bagi para pendaki. Salah satunya, adalah merasakan oksigen paling mahal di Bumi yang bisa mencapai seharga USD 2.000 atau setara Rp 27 juta!
Sofyan Arief Fesa, sang seven summiter (julukan yang diberikan bagi pendaki yang sudah mencapai seven summit, 7 puncak paling tinggi di 7 benua) bercerita kepada detikTravel tentang berbagai pengalamannya mendaki Puncak Everest, di Nepal. Termasuk, soal oksigen yang menipis dalam pendakiannya.
"Sudah masuk 7.000 mdpl, itu sudah berat dan oksigen mulai menipis," ujarnya, Minggu (1/11/2015) kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cuma 50 persen oksigen yang masuk ke paru-paru. Sisanya kosong, bukan oksigen tapi angin," katanya.
Oleh sebab itu, menurut Ian, kebanyakan para pendaki akan menggunakan tabung oksigen saat mendaki ke Puncak Everest. Biasanya, dipakai mulai pada ketinggian 4.000 mdpl.
(Thinkstock)
Ketika melakukan Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU) pada 2009-2011 silam, Ian pun menggenakan tabung oksigen ketika mendaki Puncak Everest. Seperti apa sih tabung oksigennya?
"Ukurannya lebih kecil, atau 3/4-nya dari tabung oksigen yang dipakai orang-orang untuk menyelam namun kadar oksigennya lebih banyak. Diameternya sekitar 15 cm dan ada yang buatan Inggris atau Rusia. Harganya itu ada yang USD 400 (Rp 546-red) dan paling mahal USD 2.000 (Rp 27 juta-red)," papar Ian.
Ada yang menarik soal harga. Harga termurah, ternyata bisa pendaki dapatkan sebelum mendaki ke Puncak Everest. Sedangkan harga yang mahal, biasanya jika pendaki memakai tabung oksigen di tengah-tengah pendakian. Pakai dulu, lalu bayar di bawah.
"Jadi, pemerintah setempat memang sudah menyiapkan tabung-tabung oksigen di beberapa titik. Boleh dipakai tapi pas turun harus bayar," terang Ian.
Rata-rata, setiap pendaki menggunakan 7 tabung oksigen yang dipakai mulai dari Camp 3. Tak perlu bingung mendapat tabung oksigen, karena para sherpa atau porternya para pendaki di Everest sudah menyiapkan dan akan mengaturnya.
"Sebenarnya, pemakaian tabung oksigen kembali ke masing-masing para pendaki. Ada pendaki yang program latihannya berat dan aklimatisasinya lebih lama, sehingga dia tidak memerlukan tabung oksigen. Tabung oksigen ini untuk berjaga-jaga," ungkap Ian.
Ian bersama tim ISSEMU di Puncak Everest (Istimewa)
Bersama Indonesia Expeditions, operator tur yang didirikannya di Bandung, Ian menawarkan perjalanan pendakian ke Everest Basecamp. Tempat yang ketinggiannya sudah mencapai 5.300 mdpl dengan pemandangan salju yang putih. Bisa jalan-jalan ke ketinggian 6.000 mdpl dan sudah bisa merasakan oksigen yang menipis!
"Kalau tabung oksigen yang dipakai ke Puncak Everest dibilang oksigen paling mahal di Bumi, iya juga sih," pungkasnya.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol