Tradisi Unik di Taiwan, Tangkap Ikan Pakai Obor

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tradisi Unik di Taiwan, Tangkap Ikan Pakai Obor

Wahyu Setyo Widodo - detikTravel
Kamis, 08 Sep 2016 16:50 WIB
Foto: Nelayan tradisional di Taiwan masih melaut dengan menggunakan nyala api (Tyrone Siu/Reuters)
Taipei - Setiap negara punya tradisi unik. Di Taipei, Taiwan Anda bisa melihat nelayan menjala ikan pakai obor api.

Taipei merupakan ibukota Taiwan. Taipei dikenal sebagai salah satu kota metropolitan di benua Asia, dengan gedung-gedung tinggi menjulang memenuhi kota tersebut. Namun siapa sangka, di balik modernnya Kota Taipei, masih ada sekelompok nelayan tradisional yang masih menggunakan cara sederhana ketika melaut.

Dilansir detikTravel dari Reuters, Kamis (8/9/2016), meski sudah mengenal alat-alat canggih macam GPS, atau perangkat radar satelit lain, namun nelayan tradisional di Taiwan masih menggunakan cara yang konvensional dalam menangkap ikan. Memakai nyala api yang berkobar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Layaknya magnet, obor api ini akan menarik kerumunan ikan untuk mendekat. Saat itulah, nelayan-nelayan ini langsung menjala ikan-ikan ini untuk kemudian ditangkap dengan jaring.

Di tengah kegelapan malam, sekelompok nelayan tradisional Taiwan akan mulai melaut. Mereka menuju ke perairan sebelah timur laut Taiwan untuk mencari ikan. Dahulu, ada sekitar 300 kapal tradisional yang masih beroperasi. Namun sekarang jumlahnya sudah menurun jauh.

Menurut asosiasi nelayan di Distrik Jinshan, di sebelah utara Taipei, kini hanya tinggal 3 kapal tradisional saja yang masih melaut menggunakan obor api. Sisanya sudah beralih ke cara-cara melaut yang modern.

Kurang lebih ada 30 orang nelayan yang masih setia menggunakan cara-cara tradisional dalam mencari ikan. Cara tradisional yang sama yang dilakukan oleh leluhur mereka, ratusan tahun silam.

Mereka akan mencari ikan selama musim sedang bersahabat, antara bulan Mei sampai Juli. Selama 3 bulan baik itulah mereka intensif melaut agar mendapat hasil yang maksimal.

Para nelayan ini menghabiskan sekitar 6 jam dalam semalam di lautan untuk mencari ikan. Sepanjang waktu itu, para nelayan ini bisa memperoleh hasil tangkapan mencapai 3-4 ton ikan. Jenis ikan yang ditangkap mayoritas adalah ikan sarden.

Hasil tangkapan itu jika dikonversi dalam bentuk nominal uang, nilainya mencapai USD$ 4.500 (setara Rp 59 Juta). Jumlah itu menurut para nelayan ini cukup minim. Tetapi Pemerintah Taiwan memberikan subsidi khusus agar para nelayan tradisional ini tetap bertahan, dan melestarikan teknik menangkap ikan mereka yang unik.

Para nelayan yang rata-rata sudah berusia lanjut, sekitar 60 tahun-an ini, menggunakan nyala api yang dibuat dari kalsium karbida. Karbit akan dibakar hingga menghasilkan nyala api yang besar dan terang.

Secara teori, ikan akan menyukai cahaya terang dan mendekat ke sumber cahaya, sehingga nelayan bisa menjala ikan yang naik ke permukaan dan mendekat ke nyala api. Praktik menjala ikan secara tradisional seperti ini sudah didaftarkan ke Departemen Kebudayaan Taiwan, dan sudah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Taiwan sejak tahun 2014.

Bahkan, festival tahunan bertajuk Jinshan Sulphuric Fire Fishing digelar mulai tahun 2013 untuk membantu mempromosikan cara melaut tradisional ini. Tur fotografi bagi fotogrefer yang tertarik mengabadikan momen itu juga terus dilakukan, agar nelayan punya penghasilan tambahan, sehingga cara melaut tradisional ini tetap lestari dan tidak punah.

(aff/aff)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads