Dilansir detikTravel dari BBC, Jumat (31/3/2017), disebutkan kalau Kolombia di Amerika Latin memiliki jumlah festival yang lebih banyak daripada jumlah hari dalam setahun, yakni sebanyak 365 hari.
Banyaknya festival itu pun kontras dengan sejarah Kolombia yang diwarnai oleh kekerasan dan narkoba di bawah Pablo Escobar. Faktanya, wajah Kolombia hari ini sangat berbeda dengan dahulu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wajah Kolombia yang kian ramah dan damai juga menarik wisatawan asing untuk datang. Semua berkat masyarakatnya yang gemar berpesta dan sangat ramah pada wisatawan.
"Kami hidup untuk berpesta, liburan dan mengisi kekosongan dengan fanatisme akan event olahraga dan kontes kecantikan serta entertainment, tepat ketika satu momen berakhir, kami sudah memikirkan tentang acara berikutnya," ujar ahli sejarah dari Universitas Antioquiam, Rodrigo Matinez.
Apabila ditanya soal aktivitas apa yang paling digemari orang Kolombia, jawabnya adalah tarian Salsa. Bagi orang Kolombia, Salsa menjadi denyut jantung yang selalu ditarikan oleh semua orang. Khusunya di kota bernama Cali.
"Tarian itu membebaskan diri, itu merupakan bentuk ekspresi dan perasaan. Di sini, musik dibawa oleh darah, dalam denyut nadi, dalam hati kami. Ini merupakan gairah yang kami bawa dalam hidup kami," ujar guru tari dan pemilik dari Sekolah Salsa Cali's Arrebato Caleno, Nhora Alejandra Tovar.
Singkat kata, keceriaan festival hingga tarian Salsa seakan menjadi pengobat utama dari konflik yang terjadi di Kolombia selama puluhan tahun silam. Bagi traveler yang menggemari pesta, mungkin bisa memasukkan Kolombia dalam daftar negara yang harus didatangi. (rdy/wsw)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol