Bunyi bel bersenandung Kokoro No Tomo mengalun pelan dari kotak bercat putih yang bergerak memutar searah jarum jam. Melodi lagu tersebut tak asing di telinga masyarakat Indonesia. Seorang pagawai pria sebuah toko di Kota Otaru, Hokkaido, Jepang, mengajak wisatawan masuk ke area belanja properti kotak musik.
Kota Otaru populer sebagai gudangnya music box di negeri Sakura. Semula nama benda itu Orugeru, kini disebut menjadi Orgel. Di wilayah ini berdiri Otaru Music Box Museum yang dibangun pada tahun 1912. Lokasinya di kawasan Sakaimachi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Wisatawan atau pengunjung bisa langsung meracik desain tampilan kotak musik sesuai pilihan properti yang tersedia di toko itu. Seru!
Pengelola menyiapkan boneka atau replika mungil yang karakternya beragam saat rombongan media trip asal Indonesia yang digelar Jepang National Tourism Organiation (JNTO) di tokonya, Rabu (19/7/2017) pekan lalu.
Ada kura-kura, beruang, katak dan buah-buahan. Alat disiapkan yaitu lem, tusuk gigi untuk menempelkan properti, butiran warna-warni dan sendok.
"Silakan cocokan penepatan benda-benda itu sebelum dilem. Kalau sudah sesuai keinginan, baru diberi lem," kata Sasayama Michiko, pemandu tur.
![]() |
Butuh 10 menit menghias kotak musik yang terpasang bel bernada lagu Kokoro No Tomo. Kotak musik jenis seperti itulah yang dijual di museum.
Michiko menyebut, Otaru Music Box Museum yang memiliki tiga lantai ini menawarkan aneka cendera mata kotak musik berbahan keramik dan kaca. Di dalam museum tersimpan barang kuno seperti jam.
"Di museum ini ada 1.500 jenis music box dengan 10 ribu lebih barang. Harganya bervariasi," ucap Michiko.
![]() |
Tiap harinya di museum tersebut ramai pembeli. Untuk masuk ke dalam museum, tidak dipungut tiket apapun alias gratis. Museum ini beroperasi pukul 09.00-18.00 waktu setempat.
Menghuni bangunan tua bergaya eropa, Otaru Music Box Museum menjadi salah satu destinasi wisata di Otaru. Tepat di depan museum tesebut berdiri tegak menara jam jumbo yang diburu wisatawan untuk latar belakang foto. (bbn/wsw)
Komentar Terbanyak
PHRI Bali: Kafe-Resto Putar Suara Burung Tetap Harus Bayar Royalti
Traveler Muslim Tak Sengaja Makan Babi di Penerbangan, Salah Awak Kabin
Pembangunan Masif Vila di Pulau Padar, Pengamat: Menpar Kok Diam?