Nama resmi dari terowongan ini adalah Metropolitan Tunnel. Terowongan ini dibangun pada tahun 1880-an sebagai jalur kereta, seperti yang dikumpulkan detikTravel dari berbagai sumber, Selasa (15/5/2018).
Terowongan ini terpaksa ditutup pada tahun 1915. Hal ini disebabkan jelaga dan asap yang berada di terowongan ini sangat berbahaya bagi penumpang dan awak kereta api yang melewatinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Hasilnya, terowongan ini dipenuhi air layaknya bendungan. Pada tahun 1995, warga sekitar berinisiatif untuk mengeringkan dan membersihkan Metropolitan Tunnel.
Walaupun sudah dibersihkan, terowongan ini masih sering banjir. Karena lembab dan gelap, akhirnya terowongan ini menjadi habitat dari glow worm atau cacing cahaya.
Hidup berkoloni, cacing ini memenuhi atap dari terowongan. Glow worm merupakan salah satu biota yang bioluminescent atau menghasilkan cahaya dari tubuhnya.
Koloni glow worm kini mempercantik bekas terowongan yang terlantar ini. Sehingga kini, nama Metropolitan Tunnel berganti menjadi Glow Worm Tunnel.
![]() |
Banyak traveler yang sengaja datang ke bekas terowongan Helensburg ini hanya untuk melihat dan mengabadikan cahaya dari koloni cacing ini.
Traveler tak perlu datang malam hari, karena koloni cacing ini juga berpendar saat siang hari. Kalau mau makin terang, kamu bisa masuk lebih jauh ke dalam.
Sampai saat ini, terowongan ini masih seringkali banjir. Namun kamu masih bisa menikmati terowongan ini dengan menggunakan perahu.
Ada beberapa peraturan yang harus kamu taati saat masuk ke dalam terowongan ini:
1. Jangan berisik, karena ini akan menggunggu koloni.
2. Jangan gunakan lotion anti serangga, karena glow worm bisa mati.
3. Tidak boleh merokok.
4. Jangan gunakan flash pada kamera atau senter.
5. Usahakan untuk meminimalisir grup.
6. Jangan buang sampah di salam terowongan, ini akan mengganggu habitat dari glow worm. (bnl/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!