Untung Kereta di Indonesia Tidak Seperti di Zimbabwe

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Untung Kereta di Indonesia Tidak Seperti di Zimbabwe

Syanti Mustika - detikTravel
Senin, 08 Okt 2018 18:10 WIB
Stasiun kereta api di Harare, Zimbabwe (Siphiwe Sibeko/Reuters)
Harare - Liburan ke Zimbabwe kamu akan dikejutkan oleh layanan keretanya. Suasana kotor, kumuh dan sepi menghiasi tiap sudut stasiun dan gerbong kereta.

Salah satu alat transportasi untuk menikmati suatu negara adalah kereta. Namun bagaimana bila stasiun kereta sepi, kumuh dan berlumut, kamu masih mau naik?

Beginilah suasana di Stasiun Kota Harare, ibukota Zimbabwe . Sepi, kumuh, kusam dan kereta yang lambat menjadi hal biasa di sini, seperti yang dilansir detikTravel dari Reuters, Senin (8/10/2018). Beginilah suasana kereta api rute Harare-Bulawayo di Stasiun Marondera.

(Siphiwe Sibeko/Reuters)(Siphiwe Sibeko/Reuters) Foto: (Siphiwe Sibeko/Reuters)


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memang, krisis perekonomian yang kacau balau di Zimbabwe semenjak 2 dekade terakhir berimbas ke segala aspek, salah satunya terhadap layanan kereta. Terlihat sangat jelas bagaimaan mode transportasi ini mengalami penurunan kualitas, mulai dari kenyamanan hingga jumlah penumpang.

Dulunya, masyarakat sangat ramai dan kereta selalu penuh oleh penumpang. Namun, semakin hari kereta semakin tidak terurus, kotor, selalu lambat dak akhirnya sepi penumpang.

(Siphiwe Sibeko/Reuters)(Siphiwe Sibeko/Reuters) Foto: (Siphiwe Sibeko/Reuters)


Gerbong yang sudah berkarat dan kotor, pendingin yang tidak hidup, bangku yang sudah rusak, toilet yang tidak bersih, lampu yang tidak berfungsi itulah yang dinikmati para commuter di sana. Satu lagi, kereta yang lambat dan tidak tepat waktu juga kerap jadi permasalahan.

Stasiun dan peron juga sepi. Terlihat tiang penyangga dan papan petunjuk karatan, peron-peron yang lengang dan sistem yang masih manual. Jadwal kedatangan kereta saja ditulis di papan tulis, dan sering kali sistem informasi dirusak dengan aksi vandalisme.

 (Siphiwe Sibeko/Reuters) (Siphiwe Sibeko/Reuters) Foto: (Siphiwe Sibeko/Reuters)


Biasanya waktu tempuh Harare-Bulawayo hanya sepuluh jam, sekarang bisa 16 jam. Karena masalah inilah para warga Zimbabwe lebih memilih naik bus dan taksi bila bepergian jauh (jarak 440 Km). Padahal biaya kereta cukup murah, hanya 10 dolar AS (sekitar Rp 150 ribu).

Pemerintah pun sedang berusaha memperbaiki sitem kereta api ini. Mereka telah menyiapkan anggaran tahun untuk perbaikan dan gerbong baru.

Untuk sementara para penumpang harus bertahan dengan kondisi yang ada. Wah untung kereta di Indonesia tidak seperti di Zimbabwe ya.
(sym/fay)

Hide Ads