Dilansir BBC Travel, Rabu (12/12/2018), namanya Madain Saleh. Disebut pula Al-Hijr atau Hegra, ini adalah sebuah situs arkeologi yang terletak di wilayah Hijaz, Provinsi Madinah, Arab Saudi.
Suku Nabath memainkan peran penting dalam kerajaan misterius itu. Nabath adalah sekelompok bangsa Arab kuno yang menetap di daerah Yordania hingga ke sebelah utara Damaskus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Banyak orang yang sudah mendengar Petra, ibu kota bangsa Arab kuno, Nabath di Yordania. Namun Madain Saleh, kota kedua terbesar bangsa Nabath yang juga situs warisan dunia versi UNESCO, masih tidak banyak diketahui.
Kota yang dulu begitu hidup seiring dengan ramainya jalur rempah kuno ini memainkan peran penting dalam membangun kerajaan yang hidup dari perniagaan itu. Tetapi sekarang, makam-makam di dinding batu yang monumental itu adalah salah satu peninggalan terakhir dan paling terawat dari kerajaan yang hilang.
Dari Madinah, traveler harus berkendara selama empat jam menuju kota oasis Al Ula di Hijaz. Madain Saleh berjarak 40 km ke arah utara dari kota itu. detikTravel pun pernah berkunjung ke sana beberapa waktu lalu, di sela liputan Haji.
Orang-orang Nabath meraih kekayaan dan kejayaannya berkat kemampuan mencari dan menyimpan air di lingkungan gurun yang begitu ganas. Mereka juga memonopoli jalur perdagangan gurun antara Madain Saleh di barat daya dan pelabuhan Gaza di Laut Tengah atau Laut Mediterania di sebelah utara.
![]() |
Mereka menarik pajak dari iring-iringan unta yang mengangkut wewangian, dupa, dan rempah. Pajak ditukar dengan air atau peristirahatan.
Namun pada tahun 106 Masehi, Kerajaan Nabath dijajah oleh Kekaisaran Romawi dan jalur Laut Merah beralih ke jalur perdagangan darat. Kota-kota Nabath tak lagi jadi pusat perdagangan dan dimulailah era kemundurannya.
Terkucil di tengah padang pasir, sekarang Madain Saleh adalah tempat yang terasing, sunyi, namun terawat. Sebagian besar kota itu masih terkubur di bawah lapisan pasir.
Yang telah ditemukan sejauh ini adalah sebuah pemakaman luas yang terdiri lebih dari 131 makam besar. Mulanya, skala dan jumlah makam itu diklaim luar biasa luas.
![]() |
Prasasti-prasasti makam memberikan informasi tentang nama, hubungan, pekerjaan, peraturan dan Tuhan orang-orang yang tinggal di sana. Orang Nabath tidak meninggalkan keahlian menulis.
Bahasa Aram menjadi bahasa komunikasi utama untuk bisnis dan perdagangan. Orang-orang Nabath juga menggunakan bahasa Arab dalam kesehariannya.
Tidak seperti Petra yang ramai turis, penjual suvenir dan ojek keledainya, tidak ada orang lain di sini. Kebanyakan muslim Saudi tidak akan datang ke sini karena mereka yakin bahwa situs ini dikutuk ketika Bangsa Nabath (Tsamud) menolak meninggalkan para dewa mereka dan mendurhakai Allah.
![]() |
Orang-orang itu juga dilarang masuk ke wilayah muslim atau masuk dengan aturan yang amat sulit ditempuh. Sepi pengunjung dan iklim kering gurun Arab Saudi, itulah yang membuat Madain Saleh tetap utuh.
Menuju timur laut ke Jabal Ithlib, ada monumen yang dibangun membelah bukit batu yang diyakini merupakan tempat suci untuk penyembahan dewa Dushara. Monumen ini dipercaya kaum Nabath sebagai Penguasa Gunung-gunung.
Di Madain Saleh juga ada sistem kanal yang pernah menyalurkan air ke sumur-sumur penampungan. Suku Nabath menampung aliran hujan dan akuifer atau rongga bawah tanah yang mengandung air.
Tonton juga 'Menyelam Jadi Hobi Baru Wanita Arab Saudi':
(wsw/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum