Australia Tidak Anti Imigran, Museum Ini Buktinya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Australia Tidak Anti Imigran, Museum Ini Buktinya

Shinta Angriyana - detikTravel
Senin, 18 Mar 2019 08:15 WIB
Immigration Museum di Melbourne (Shinta/detikTravel)
Melbourne - Pelaku penembakan di New Zealand dan senator dilempar telur membuat netizen bertanya apa Australia anti imigran. Jawabnya, tidak. Mereka bela imigran kok.

Jumat (15/3) terjadi tragedi 2 Masjid di Christchurch, Selandia Baru diserang teroris WN Australia. Ditambah lagi komentar senator Australia, Fraser Anning yang anti imigran sebelum dia dilempar telur.

Netizen jadi bertanya-tanya apakah Australia anti imigran? Jawabnya nggak kok, mungkin hanya teroris Australia, Fraser Anning dan pendukungnya saja. Mayoritas orang Australia justru cinta damai dan membuka diri kepada imigran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Buktinya, ada museum khusus yang menjelaskan tentang imigrasi di Australia. Letaknya berada di Melbourne, Victoria, Australia. detikcom sempat berkunjung ke sana beberapa waktu lalu.

Sebelumnya, kita kenalan dulu dengan penduduk asli Australia. Penduduk asli Australia adalah suku Aborigin dan penduduk Torres Straits. Kedua suku inilah yang sudah ada sejak zaman penjajahan Inggris, meski banyak pakar yang berdebat siapa yang tiba terlebih dahulu di tanah Australia dari kedua suku tersebut.


Mengacu worldatlas.com, etnis yang paling banyak ada di Australia adalah orang Inggris sejumlah 67,4%. Irlandia menduduki posisi ke-2 8,7%, Italia 3,8%, Jerman 3,7%, China 3,6%, Aborigin Australia 3%, India 1,7%, Yunani 1,6%, Belanda 1,2% dan sisanya adalah suku lain.

Australia Tidak Anti Imigran, Museum Ini BuktinyaSuasana museum (Shinta/detikcom)

Momen besar imigran yang datang ke Australia dimulai pasca Perang Dunia II. Dalam periode ini, banyak orang yang datang ke Negeri Kangguru mulai dari benua Eropa dan Asia. Sejak tahum 1945-1960, tercatat ada 1,6 juta orang bermigrasi ke Australia.

Seluruh kisah imigran tersebut diceritakan di dalam museum, yakni Immigration Museum. Museum ini dinaungi oleh Museums Victoria, yang membawahi Melbourne Museum, Immigration Museum dan Scienceworks. Ini adalah salah satu tempat wisata di Australia yang menarik wisatawan.

Australia Tidak Anti Imigran, Museum Ini BuktinyaJejak imigran Indonesia ke Australia (Shinta/detikcom)


Bisa dibilang, belajar sejarah imigran di sini cukup menyenangkan. Traveler serasa berpetualang, menjelajahi sejarah imigran yang mau masuk ke Australia. Mulai dari berbagai ras yang bermigrasi, tata cara tinggal dan kehidupan di Australia.

Berbagai informasi disajikan dengan bentuk yang menarik. Misalnya saja, rekaman calon imigran yang sedang diwawancara. Traveler bisa berpura-pura sebagai pewawancara dengan replika ruangan dan visual yang digunakan dari beberapa zaman terdahulu.

Australia Tidak Anti Imigran, Museum Ini BuktinyaRuang replika wawancara imigran (Shinta/detikcom)

Beberapa inovasi dan teknologi sistem imigrasi Australia juga ditampilkan di museum ini. Seperti sistem fingerprint, wawancara dan beberapa syarat lain masuk wilayah Australia.

Australia Tidak Anti Imigran, Museum Ini BuktinyaBerbagai paspor dari sejumlah negara (Shinta/detikcom)


Selain itu, ada salah satu informasi yang memberikan keterangan lengkap mengenai imigran asal Indonesia. Mulai dari paspor, surat pengantar dari pemerintah Indonesia hingga penjelasan singkat mengenai Indonesia.

Informasi asal etnis, ras dan agama dijelaskan dengan detail di sini. Misalnya, agama Islam yang ditunjukkan dengan kitab suci Al Quran.

Kehidupan masa kini di Australia juga disajikan dengan menarik. Misalnya saja, aneka paspor dari seluruh dunia sampai virtual-reality booth di dalam tram. Selain itu, ada juga sebuah kaus yang populer di tahun 2009, bertuliskan 'Racism is UnAustralian'. Dulunya, kaus ini merupakan kampanye anti rasisme yang dijual lewat MySpace dan Facebook khususnya pada anak muda pasca kejadian kerusuhan di Cronulla, Sydney tahun 2005, aksi yang dipicu oleh ajakan lewat SMS dan e-mail untuk melakukan perlawanan kepada orang-orang yang berasal dari Timur Tengah.

Australia Tidak Anti Imigran, Museum Ini BuktinyaRacism is UnAustralian (Shinta/detikcom)

Di akhir kunjungan, traveler bisa berbelanja aneka pernak-pernik. Seperti map, tas, gelas dan aneka suvenir lainnya. Beberapa buku tentag imigrasi juga bisa traveler beli di sini.

Apabila ingin berkunjung, biaya masuknya mulai AUD 15 (Rp 150 ribuan). Oh iya, bagi pelajar yang memiliki ID/Student Card, bisa masuk ke Immigration Museum tanpa bayar alias gratis lho. Menggunakan kartu pelajar Indonesia juga bisa!

Immigration Museum ini sebenarnya bisa menjadi bukti bahwa Australia serius memerangi rasisme atau tidak anti-imigran. Beberapa oknum, seperti pelaku teror Christchurch hanya satu orang dari 24 juta masyarakat Australia.

Buktinya saja, Australia selalu masuk peringkat 20 pertama negara paling damai di dunia versi Global Peace Index. Tahun 2018, Australia menduduki peringkat 13, 2017 peringkat 12, 2016 peringkat 15 dan 2015 peringkat 9. (sna/fay)

Hide Ads