Jika kamu traveling ke India dan menggunakan transportasi kereta api, jangan kaget jika melihat anak-anak berbondong membawa jerigen berisi air di kereta. Hal itu rupanya dinyatakan sebagai pemandangan lazim dan jadi rutinitas anak-anak di sana.
Dilansir detikcom dari Reuters, Kamis (24/10/2019), salah satu bocah itu adalah Sakshi Graud yang berusia 9 tahun. Bersama tetangganya, Siddharth Dhage (10 tahun), Sakshi Graud dan rombongan anak-anak lain menempuh perjalanan 14 Km dengan kereta untuk mengambil air bersih guna membawanya ke desa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Bagi Dhage, dia tidak bisa menolak situasi tersebut. Mau tak mau dia harus membawa pulang air, sekalipun lokasinya jauh dari desa yang ia tinggali. Sudah menjadi rutinitas, katanya.
Dhage tidak sendiri. Ada banyak orang India lain yang mengalami sulitnya mendapatkan persediaan air bersih. Menurut badan amal yang berbasis di Inggris, WaterAid, ada 12 persen orang India atau sekitar 163 juta orang yang tidak memiliki akses ke air bersih di dekat rumah mereka. Ini merupakan salah satu masalah pemerintah India. Perdana Menteri India Narendra Modi pun telah berjanji menghabiskan USD 48 Miliar agar bisa membawa air ke setiap rumah India di tahun 2024.
Kita lanjutkan lagi dengan kisah Garud dan Dhage yang tidak memiliki akses air bersih ke rumahnya. Sebenarnya ada pula opsi bergantung kepada pemasok air swasta. Tapi opsi itu harus ditebus dengan USD 43 (Rp 603 ribu) untuk tanker muatan 5.000 liter selama berbulan-bulan.
![]() |
Sulit bagi keluarga Garud untuk mengeluarkan biaya tersebut. Ayahnya, yang cuma terkadang bekerja, mengeluhkan bahwa untuk makan saja sudah susah. Tentu saja mereka takkan bisa mengeluarkan uang untuk membeli air dari swasta. Terpaksalah Garud dan kawan-kawan harus menjemput air dan bolak-balik naik kereta demi memenuhi bak air mereka. Setiap hari mereka menjemput air dari Aurangabad.
Apakah mereka tidak sekolah? Mereka sekolah kok. Aktivitas mengangkut air ini baru mereka lakukan sehabis sekolah. Jika teman-teman lainnya bisa bermain, tidak bagi Garud dan Dhage. Mereka langsung menuju ke rumah, berganti baju, dan membawa jerigen-jerigen kosong menuju stasiun kereta.
Bukanlah perkara mudah membawa air di kereta. Mereka harus berdesak-desakan dengan penumpang lain. Seringkali sumpah serapah mereka terima dari penumpang yang terganggu jalannya karena kendi air mereka menutupi jalan dan pintu.
![]() |
Namun, ada juga orang baik yang membantu mereka mengangkut air ke kereta. Maklumlah tangan-tangan kecil itu juga bergetar menahan beban air yang tidak ringan, dan sangat butuh tangan orang dewasa. Setidaknya tangan mereka kekurangan beban sejenak. Bagaimana pun, tentu saja mereka harus tahan dan biasa dengan kondisi ini. Jika tidak, bak air mereka akan kering.
Ketika kereta berhenti di Mukundwasi, mereka hanya butuh waktu satu menit untuk turun. Dengan terburu-buru mereka menurunkan air. Jika sedang sial, kendi akan jatuh dan air pun tumpah, sia-sialah pekerjaan mereka. Anak-anak tidak semerta bekerja sendiri. Nantinya saat kereta sampai, para orang dewasa akan membantu mereka menurunkan kendi air.
Juga saat kereta berhenti selama 30 menit, mereka akan berebut mengisi bak air dan mengambil air dari kereta dengan pipa. Ada pula beberapa orang yang mandi dan mencuci saat kereta datang membawa air. Pemandangan yang sangat biasa bila kamu melihat orang dengan santainya berbusa dan mengusap badan di pinggir rel. Setelah kereta akan jalan, tentu saja Garud naik kereta lagi dan menjemput air kembali. Seperti itu setiap hari.
![]() |
(sym/krs)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia