Saat berada di Dubai, penampakan mobil-mobil mewah bukanlah hal yang langka. Saking gemerlapnya kota ini, transportasi mewah seperti taksi Ferrari dan Lamborghini pun tersedia di Dubai.
Tapi bukan itu yang akan jadi pembahasan artikel ini. Transportasi publik yang akan dibahas adalah yang biasa digunakan oleh warga Dubai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada 3 transportasi umum yang saya jajal di Dubai. Mulai dari metro, bus dan taksi. Semua saya coba saat malam hari, sekalian mengetes keamanan di kota mewah ini.
Saya bepergian dengan 2 teman Indonesia, salah satunya sudah tinggal di Dubai dalam beberapa bulan, Pamungkas. Sebelum naik, ia sudah mewanti-wanti bahwa transportasi Dubai begitu tepat waktu.
![]() |
Dubai metro sendiri memiliki 2 line dan 5 zona. Line terbagi atas warna hijau dan merah. Harga tiket perjalanan mulai dari 2-6.5 Dirham dalam satu zona. Kalau pindah zona, harganya beda lagi.
Perjalanan saya mulai dari stasiun Mall of Emirates menuju Ibn Bathuta. Melintasi 7 pemberhentian, harga tiketnya 6 Dirham. Saya naik Dubai metro dengan kartu sekali jalan.
Turun dari stasiun Ibn Bathuta, saya harus mengejar bus untuk sampai ke Dubai Park. Rupanya, kartu metro tak hanya berguna untuk kereta, tapi juga bus.
Saya mencoba untuk kembali membeli tiket multipay seharga 25 Dirham. Jadwal keberangkatan bus sangat tepat waktu katanya. Hanya ada satu jam sekali, saya berlari dari stasiun kereta menuju halte bus.
![]() |
Tak begitu jauh jaraknya. Tapi begitu saya duduk, pintu bus tertutup dan berangkat. Tak ada tunggu-tungguan penumpang, lewat satu menit saja bus akan langsung jalan.
"Di sini justru kalau supirnya menunggu penumpang lain sampai 15 menit saja, yang di dalam bus akan ngomel. Semua harus tepat waktu di sini," ujar teman saya, Pamungkas.
Melalui kacamata ini saya bisa mengerti mengapa Dubai berkembang dengan sangat pesat. Semua harus tepat waktu.
![]() |
Di lain hari, saya mencoba transportasi taksi saat tengah malam. Penasaran, akan seperti apa pejalanan saya. Sebelum naik ke taksi, saya bertanya kepada salah seorang petugas hotel.
Saya bertanya kira-kira berapa tarif yang akan saya bayar dari hotel untuk sampai di daerah tengah kota. Hotel saya kebetulan berada di Old Dubai. Petugas tersebut memberikan kisaran angka sekitar 30 Dirham.
Perjalanan begitu mulus. Sang supir sepertinya bukan orang yang suka mengobrol, sehingga ia hanya diam di sepanjang perjalanan. Begitu hendak membayar, tarif yang tertera dalam argo tak jauh beda dengan yang disebutkan petugas hotel saya.
Baca juga: Kampung Aladdin di Dunia Nyata |
Setelah sampai, saya berkeliling sebentar untuk melihat pendar Dubai. Puas melihat-lihat bangunan pencakar langit, saya kembali mencari taksi untuk pulang.
Kali ini sang supir asyik sekali. Saya dengan terbuka bercerita pengalaman pertama mengunjungi Dubai. Saya bertanya soal keamanan di kota ini, dengan bahasa Inggris yang lancar si supir mengatakan bahwa saya akan baik-baik saja di Dubai.
Hal ini terbukti dengan insiden ponsel saya yang ketinggalan di taksi. Hanya hitungan jam, ponsel tersebut kembali lagi ke tangan saya.
Meskipun sebentar, namun saya makin yakin bahwa Dubai telah mendandani diri menjadi kota impian. Traveler yang ingin mencoba angkutan publik seperti metro dan bus akan bisa menggunakannya sampai pukul 23.00 waktu setempat. Kalau sudah terlalu malam, naik taksi pun aman kok.
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum