Salah satu negara masuk daftar bebas visa untuk pemegang paspor Indonesia adalah Kepulauan Marshall yang terletak di Oseania, Samudra Pasifik. Negara kepulauan ini memiliki pemandangan alam yang mirip Maladewa. Di sana ada beberapa destinasi wisata yang terkenal seperti Pantai Laura, Pulau Kecil (Atol) Arno, Museum Alele, dan Perpustakaan Publik.
Selain itu Kepulauan Marshall juga terkenal sebagai tempat pelestarian hiu. Lautan seluas hampir 2 juta kilometer persegi menjadi suaka bagi hiu yang menjadikannya sebagai suaka terluas di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Namun di balik pesonanya, Kepulauan Marshall menyimpan kisah pilu lantaran tercemar radiasi nuklir. Dari 24 atol di Kepulauan Marshall, beberapa di antaranya tak berpenghuni karena kondisi hidup yang buruk, curah hujan yang rendah, atau kontaminasi nuklir. Atol tak berpenghuni adalah Ailinginae, Bikar, Bikini, Bokak, Erikub, Jemo, Nadikdik, Rongerik, Toke, dan Ujelang.
Asal-usul Kepulauan Marshall bisa tercemar nuklir berawal dari pendudukan Amerika Serikat (AS) di sana pada masa Perang Dunia II. Saat itu, Kepulauan Marshall menjadi tempat AS menguji bom nuklir. Terhitung sejak 1946-1958, pemerintah AS telah melakukan uji nuklir sebanyak 67 kali. Akibatnya, semua penduduk direlokasi. Meskipun pada akhirnya orang-orang tetap terkena kanker akibat radiasi.
![]() |
Dilansir dari CNN, Kamis (16/1/2020), setelah 60 tahun berselang, para peneliti dari Universitas Columbia mengatakan radiasi pada empat atol tetap sangat tinggi. Di beberapa daerah bahkan kadar pencemarannya 10-1.000 kali lebih tinggi daripada daerah radioaktif dekat pembangkit listrik Chernobyl yang meledak pada tahun 1986 dan Fukushima karena efek gempa bumi dan tsunami pada tahun 2011.
Atol Bikini memiliki tingkat radiasi tertinggi dari yang pernah dipelajari. Di sana, AS melakukan uji bom hidrogen terbesar yang ledakannya 1.000 kali lebih kuat dari yang pernah dijatuhkan di Jepang saat Perang Dunia II.
Menurut Badan Perlindungan Lingkungan AS, paparan radiasi tingkat tinggi seperti yang terjadi di dekat ledakan atom dapat menyebabkan luka bakar kulit dan sindrom radiasi akut yang disebut sebagai penyakit radiasi. Dalam jangka panjang, orang yang terpapar radiasi akan menderita kanker dan penyakit kardiovaskular.
Melihat dampak bahaya itu, tak banyak orang yang bermukim di Kepulauan Marshall. Berdasarkan catatan World Bank sampai 2018 hanya 58.413 orang yang mendiami Kepulauan Marshall ini.
(pin/krs)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol