Penggalian makam ini menjadi salah satu bagian dari Famadihana atau Ritual Memutar Tulang. Tradisi ini tak seperti uji nyali, tapi lebih cocok disebut pesta.
Keluarga yang melaksanakan Famadihana akan menggali kuburan leluhur. Tulang-belulang akan dibungkus dengan kain atau tikar dan diikat dengan tali.
Setelah itu bungkusan tulang akan diarak oleh keluarga. Mereka semua menari bersama tulang leluhur dan bergembira.
![]() |
Layaknya pesta besar, konsumsi dan musik pun dihadirkan untuk menghidupkan suasana. Bagi orang Malagasi, orang yang mati tak sepenuhnya hilang dari bumi.
Mereka percaya bahwa orang yang sudah mati bisa berkomunikasi dengan keluarga yang masih hidup. Bisa dibilang, tradisi ini adalah cara mereka berkomunikasi kembali.
Setelah menari bersama orang banyak, pihak keluarga akan berada di dengan bungkusan tulang leluhur. Mereka membuka bungkusan sambil bernyanyi dan tertawa.
Masih dengan suasana gembira, para keluarga akan menyiramkan anggur ke tumpukan tulang dan menutupnya kembali. Setelah prosesi ini selesai bungkusan tulang akan kembali dikuburkan.
Suku Malagasi percaya bahwa tradisi ii adalah wujud cinta terhadap keluarga yang sudah meninggal. Maka saat Famadihana dilaksanakan, semua anggota keluarga yang jauh sekali pun harus datang.
Ritual cinta ini biasanya dilakukan antara bulan Juli dan September. Famadihana dibuka untuk umum dan bebas untuk dikunjungi oleh wisatawan. Justru wisatawann akan disambut dengan sangat ramah.
Mungkin setelah wabah pandemi Corona berakhir, traveler bisa mencoba untuk mengikuti upacara unik ini.
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum