Papua-Papua Nugini, Tetangga Tapi Tak Punya Penerbangan Langsung

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Papua-Papua Nugini, Tetangga Tapi Tak Punya Penerbangan Langsung

Bonauli - detikTravel
Selasa, 30 Jun 2020 15:20 WIB
Ilustrasi pesawat
Ilustrasi pesawat (iStock)
Jayapura - Papua, mutiara timur Indonesia, berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Meski dekat, tapi aksesnya justru sulit. Port Moresby adalah ibukota Papua Nugini (PNG), sedangkan Jayapura menjadi ibukota dari Papua. Jadi tetangga, dua kota ini memiliki jarak sekitar 1.047 km dengan perbedaan waktu 1 jam lebih cepat di Papua Nugini.

Perjalanan dari Jayapura Port Moresby belum bisa dilakukan dengan jalan darat. Jalan darat dari perbatasan Indonesia-Papua Nugini hanya mencapai Vanimo saja, ibu kota provinsi terdekat dengan Kota Jayapura.

"Jarak perbatasan Indonesia-Papua Nugini ke Vanimo sekitar 42,5 km atau 46 menit perjalanan dengan mobil. Dari Vanimo ke Port Moresby ada penerbangan Air Nugini, dilayani 2 kali dalam seminggu dengan lama terbang 1 jam 40 menit," ujar Hari Suroto, Peneliti dari Balai Arkeologi Papua.

Ya, tidak satupun bandara Papua yang melayani penerbangan langsung ke Papua Nugini. Untuk bisa pergi ke Port Moresby, warga Papua harus terbang dari Bandara Sentani menuju Bali. Harganya pun bikin melotot, sekitar Rp 15 juta.



Dari Bali barulah ada penerbangan langsung ke Port Moresby menggunakan maskapai Air Nugini. Selain Air Nugini,ada pula Qantas atau Virgin Australia yang akan terbang Bali. Tapi harus transit dulu di Sydney atau Melbourne.

Penerbangan via Bali ini dijamin tepat waktu dan kepastian keberangkatannya. Tapi tidak dengan penerbangan dari PNG. Calon penumpang di bandara PNG, memiliki sistem yang sedikit berbeda.

Warga PNG yang sudah memiliki tiket atau sudah chek-in belum tentu bisa terbang. Lho, kenapa? "Hal ini karena rasa kekeluargaan di Papua Nugini masih sangat tinggi. Penumpang yang berasal dari kerabat petugas bandara akan didahulukan terbang, walaupun dia chek-in paling belakang," ungkapnya.

'Kebijakan' ini dianggap sebagai hal yang biasa di Papua Nugini. Calon penumpang pun tak akan komplain meski gagal terbang. Jika tak jadi tebang, tiketnya mereka tidaklah hangus. Calon penumpang masih bisa terbang di jadwal berikutnya. Kalau beruntung bisa dapat yang paling pagi.

Masyarakat di Papua masih bisa merasakan tiket pesawat bersubsidi, terutama penerbangan pesawat kecil ke pedalaman. PNG tidak melakukan hal demikian, sehingga harga tiket pesawat begitu tinggi.

"Papua Nugini (PNG) sendiri sering diplesetkan Promise Not Guaranteed yang berarti walaupun sudah punya tiket atau boarding pass, jangan dikira pasti akan terbang," cerita Hari.




(bnl/ddn)

Hide Ads