7 Fakta Bhutan: Punya Bandara Paling Berbahaya, Bukan untuk Backpaker, dll

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

7 Fakta Bhutan: Punya Bandara Paling Berbahaya, Bukan untuk Backpaker, dll

Ni Made Nami Krisnayanti - detikTravel
Sabtu, 16 Mar 2024 07:33 WIB
BHUTAN
Fakta Bhutan (Istimewa)
Jakarta -

Bhutan memiliki cara unik dan nyentrik untuk menawarkan pariwisata kepada dunia. Ada harga yang harus dibayar oleh turis, tetapi Bhutan memberikan banyak hal berbeda.

Bhutan berada di tengah pegunungan Himalaya, di antara India dan Tibet, bersebelahan dengan Nepal di sebelah timur dan Bangladesh di sebelah utara, dan termasuk dalam wilayah Asia Selatan.

Bhutan tidak besar, luasnya hanya sekitar 14.800 mil persegi atau 38.400 kilometer persegi. Negara mungil itu menganut sistem kerajaan dan menjadi salah satu negara terpadat di Asia selatan. Orang Bhutan biasa menyebut negaranya dengan druk yul yang berarti tanah naga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bhutan baru membuka negaranya untuk wisatawan sejak 1974. Tahun ini, pas saat Bhutan merayakan tahun ke-50 wisata.

Berikut 7 fakta Bhutan:

1. Penduduk Paling Bahagia

Bhutan menjadi juara negara dengan penduduk paling bahagia di Asia dan masuk 10 besar di dunia yang diukur dengan indeks kebahagiaan bernama Gross National Happiness (GNH).

ADVERTISEMENT

Di negara ini, traveler juga akan menemukan Kementerian Kebahagiaan yang mengukur kepuasan seseorang terhadap hidup mereka. Mayoritas penduduk Bhutan memeluk agama Budha dan sangat menerapkan prinsip-prinsip kesederhanaan yang diajarkan oleh agamanya.

2. Tak Ada Lampu Lalu Lintas

Berkendara di Bhutan dianggap sebagai petualangan yang agak berbahaya karena jalan-jalannya yang berliku dan terjal di daerah pegunungan. Sering kali, pengemudi harus berhadapan dengan kawanan hewan seperti sapi dan kerbau yang berkeliaran secara bebas di jalan.

Orang Bhutan memiliki kebiasaan untuk berhenti dan saling menyapa di tengah jalan. Namun, meskipun kondisi jalan yang sulit, penduduk Bhutan mengemudi dengan hati-hati dan pelan, sehingga tidak diperlukan lampu lalu lintas untuk mengatur lalu lintas.

Sebagai pengganti lampu lalu lintas, polisi berdiri di persimpangan utama untuk mengarahkan lalu lintas. Mereka menggunakan tindakan langsung untuk mengatur aliran kendaraan. Penggunaan lampu lalu lintas dipandang kurang disukai oleh penduduk Bhutan, sehingga sering kali lampu tersebut dipasang hanya untuk sebentar sebelum segera dihapus.

3. Ilegal untuk Membunuh Hewan Apapun

Bhutan adalah negara yang menghargai kehidupan hewan, dengan kebijakan yang melarang penduduknya membunuh hewan atau burung mana pun. Mereka memperhatikan konservasi lingkungan dengan sungguh-sungguh, namun, konsumsi daging masih cukup umum di negara ini.

Asas hukum ini berasal dari nilai-nilai tradisional yang berasal dari ajaran Buddha, yang mengajarkan larangan terhadap pembunuhan makhluk hidup. Oleh karena itu, semua daging yang dikonsumsi di Bhutan diimpor dari negara lain.

4. Kesehatan dan Pendidikan Gratis, Termasuk Alat Tulis

Bhutan menyediakan akses gratis ke layanan kesehatan dan pendidikan bagi semua warga negaranya. Tak tanggung-tanggung, Bhutan juga memberikan alat tulis dan buku untuk menunjang pendidikan warganya.

Kesehatan juga gratis buat warga. itu menjadikan angka harapan hidup di Bhutan cukup tinggi.

Pemerintah Bhutan percaya bahwa pendidikan dan kesehatan adalah hak dasar yang harus dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat dan menjadi fondasi dari kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.

5. Punya Bandara Paling Berbahaya

Bandara Paro di BhutanBandara Paro di Bhutan (iStock)

Bandara Paro di Bhutan masuk jajaran bandara paling berbahaya di dunia. Bandara kecil ini terletak di lembah yang dalam dan dikelilingi oleh puncak-puncak tajam dengan ketinggian mencapai 5.500 meter.

Angin kencang sering kali menerpa lembah, menyebabkan turbulensi yang kuat. Penerbangan hanya diizinkan pada siang hari dan dalam kondisi cuaca yang memungkinkan visibilitas visual di mana pilot membuat penilaian dengan mata mereka sendiri daripada mengandalkan instrumen pesawat.

Berani tidak coba ke Bandara Paro?

6. Tidak Mengizinkan Pengunjung Ala Backpacker

Cuma ada dua cara bagi turis asing untuk masuk Bhutan. Yakni, menggunakan paket tour dari pemerintah Bhutan dan diundang langsung oleh warga lokal.

Pilihan pertama konsekuensinya harga mahal. Untuk masuk Bhutan, turis asing dikenai biaya USD 200 atau Rp 3,1 juta per hari per orang.

Cara kedua adalah traveler bisa diundang secara langsung oleh penduduk lokal. Ini akan menguntungkan bagi traveler yang memiliki teman di Bhutan. Tetapi, tetap ada batasan. Selama setahun penduduk lokal hanya diperbolehkan mengundang dua orang.

7. Turun Salju Pertama Jadi Hari Libur Nasional

Bhutan menjadi negara yang sangat menghargai salju. Itu terbukti ketika hari pertama turun salju di wilayah Tiger Nest, maka seluruh negara akan memberlakukan hari libur nasional di hari tersebut. Salju dianggap sebagai pembawa rejeki.




(fem/fem)

Hide Ads