Cerita Terowongan Terpanjang di Indonesia: Cinta & Pesugihan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Cerita Terowongan Terpanjang di Indonesia: Cinta & Pesugihan

Tri Ispranoto - detikTravel
Jumat, 23 Mar 2018 19:45 WIB
Terowongan Wilhelmina, bekas jalur kereta api di Pangandaran (Tri Ispranoto/detikTravel)
Pangandaran - Di Pangandaran, ada terowongan kereta terpanjang di Indonesia, yaitu Terowongan Wilhelmina. Terowongan ini menyimpan kisah cinta sekaligus mitos pesugihan.

Nama Terowongan Wilhelmina mungkin akan terasa asing di telinga traveler. Tapi siapa sangka ternyata nama tersebut merujuk pada sebuah terowongan kereta api terpanjang di Indonesia yang berada di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Terowongan yang berada di Desa Sumber ini dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda melalui perusahaan perkeretaapian Staatsspoorwegen (SS) pada tahun 1914 dan mulai diperasikan pada 1921 sebagai bagian jalur kereta api Banjar-Pangandaran-Cijulang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



"Terowongan Wilhelmina atau Terowongan Sumber ini adalah yang terpanjang di Indonesia dengan panjang 1.116 meter," ujar Pembina Yayasan Kereta Anak Bangsa Aditya Dwi Laksana saat berbincang dengan detikTravel, Jumat (23/3/2018).

Terowongan Wilhelmina Pangandaran: Antara Cinta & Mitos Pesugihan(Tri Ispranoto/detikTravel)


Aditya mengatakan status terowongan terpanjang di Indonesia sudah tidak lagi berada di tangan Terowongan Wilhelmina karena statusnya sudah non aktif. Kini status terowongan terpanjang yang masih aktif dipegang oleh Terowongan Sasaksaat di Kabupaten Purwakarta dengan panjang sekitar 950 meter.

Soal penamaan Aditya menduga SS sengaja memberi nama Wilhelmina yang kala itu menjabat sebagai Ratu Belanda sebagai bentuk penghormatan. Sebab selain Wilhelmina, terowongan yang ada di jalur ini semuanya diberi nama keluarga kerajaan Belanda lain yakni Philip, Hendrik dan Juliana.

"Tapi kalau orang Pangandaran kadang menyebut nama terowongan seperti nama desanya, seperti Wilhelmina jadi Terowongan Sumber," ucapnya.

Di balik latar belakang tersebut rupanya Terowongan Wilhelmina memiliki tempat di hati warga Pangandaran. Salah satunya yang dirasakan oleh Sutomo warga RT 3 RW 9, Desa Cijulang, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran.

Terowongan Wilhelmina Pangandaran: Antara Cinta & Mitos Pesugihan(Tri Ispranoto/detikTravel)


Kakek berusia 70 tahun ini pada tahun 70-80 kerap menggunakan kereta api dari Banjar ke Cijulang dalam rangka pulang kampung. Sebab pada era tersebut ia bersekolah di Bandung sementara keluarganya tingal di Pangandaran.

"Dulu kalau enggak salah harga tiketnya Rp 90, zaman harga beras Rp 300," ucapnya saat ditemui di bekas bangunan Stasiun Cijulang.

Saat itu, kata Sutomo, ia lebih memilih menggunakan kereta api dibanding transportasi lainnya karena lebih murah dan cepat. "Kalau naik kereta waktu itu sekitar tiga jam. Kalau pakai bus lama bisa enam atau delapan jam," katanya.

Bagi Sutomo kereta tersebut memiliki kenangan sendiri, terlebih di Terowongan Wilhelmina. Menurutnya saat itu banyak pemuda pemudi yang sengaja berpergian menggunakan kereta api karena ingin melewati terowongan tersebut.

"Kalau dibilang tempat favorit, ya itu Terowongan Wilhemina. Karena waktu itu banyak anak muda berpasangan yang awalnya duduk berjauhan, jadi makin lengket kalau di terowongan. Ya, namanya anak muda mah senang mungkin pacaran di terowongan," ucap Sutomo sambil tersenyum mengenang hal itu.

Terowongan Wilhelmina Pangandaran: Antara Cinta & Mitos Pesugihan(Tri Ispranoto/detikTravel)


Berjalannya waktu terowongan tersebut sudah tidak lagi digunakan, tepatnya mulai tahun 1982. Tetapi terowongan yang berada di atas perbukitan ini kerap dikunjungi orang-orang untuk sekadar berswafoto atau bahkan memiliki tujuan tertentu.

Salah seorang warga lokal menyebut beberapa kali sering menemukan orang yang bertapa di dalam terowongan. "Sering ada yang tapa di sini. Enggak tahu (maksudnya), katanya mah pesugihan. Saya lihat pernah ada yang seminggu tapa di sini, ada juga katanya yang sampai berbulan-bulan," ujar warga saat mendampingi detikTravel di dalam terowongan.

Pantauan detikTravel di dalam terowongan terdapat lubang yang dulu berfungsi untuk petugas pengecekan rel. Di tempat inilah biasanya orang melakukan tapa untuk tujuan tertentu. Bahkan di tempat ini masih terdapat tanda orang yang pernah diam cukup lama seperti potongan obat nyamuk dan bekas membuat api unggun.

Selain terdapat Terowongan Wilhelmina, sekitar satu kilometer dari tempat itu juga terdapat terowongan yang diberi nama Terowongan Juliana. Warga biasa menyebut terowongan sepanjang 147 meter itu dengan sebutan Terowongan Bengkok karena bentuknya yang berbelok cukup tajam.
(wsw/aff)

Hide Ads