Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuty memberikan acungan jempol untuk festival yang diadakan di Pondok Pesantren Al-Mizan, Jatiwangi, Majalengka, Jabar ini.
"Al Mizan Sufi Music Festival ini luar biasa. Di tengah padatnya agenda, masih memberikan ruang bagi budaya lokal. Benar-benar sangat mengesankan dan menginspirasi," ungkap Esthy dalam keterangannya, Selasa (02/10).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan Esthy, festival ini dibagi menjadi dua sesi. Pertama, kuda ibing memperlihatkan goyangan khasnya yang diiringi musik. Kedua, kuda pencak silat yang sembari berjingkrak dan menggerakkan kaki depannya merespon gerakan silat sang pawang.
"Kuda Renggong ini merupakan kekayaan lokal yang luar biasa. Dalam setiap aksinya, atraksi budaya ini selalu menjadi daya tarik tersendiri. Kuda Renggong ini memang terkenal," jelasnya.
Ketua Pelaksana Calendar of Event 2018 Kemenpar ini menceritakan di Tanah Sunda, Kuda Renggong memiliki sejarah panjang dan mulai berkembang di tahun 1950-an. Seiring waktu, Kuda Renggong ini menjadi fenomena yang digemari semua lapisan masyarakat. Sedangkan kata 'Renggong' berasal dari rereongan atau gotong-royong.
Lebih lanjut kata Esthy, untuk menguasai Kuda Renggong, harus melalui proses adaptasi dan penguasaan gerakan dasar selama 5 bulan. Selama itu, kuda hanya membiasakan diri dengan ketukan musik dan lingkungannya saja.
Setelah itu, akan diperkenalkan filosofi 'saruas sabuku' yang artinya adalah kuda memiliki harmonisasi kelenturan kaki, gerakan tubuh, dan keseimbangan kepala. Keberhasilannya pun ditentukan oleh kepiawaian sang pawang. Lalu, untuk menunjang performa, Kuda Renggong diberi asupan rumput dan dedak.
Pada kesempatan itu, Kepala Bidang Area I Kemenpar Wawan Gunawan memberikan apresiasinya untuk festival yang mengakomodir kesenian Kuda Renggong itu.
"Al Mizan Sufi Music Festival mengajarkan banyak hal kepada publik. Festival ini sangat menghargai budaya dan lingkungannya. Sebab, untuk menghasilkan Kuda Renggong ini butuh waktu dan tenaga ekstra," katanya.
"Kuda Renggong bisa masuk ke semua latar belakang. Jadi, bisa diterima oleh siapa saja. Kemasannya pun unik. Kuda Renggong memiliki asesoris perlengkapan yang banyak," sambung Wawan.
Sukses digelar dengan meriah, Menpar Arief Yahya juga memberikan apresiasinya terhadap festival ini. Menteri yang sukses membawa Kemenpar sebagai #TheBestMinistryTourism2018 se-Asia Pasifik di Bangkok ini mengungkapkan festival ini dan Kuda Renggong menjadi formulasi terbaik.
"Al Mizan Sufi Music Festival ini sangat bagus. Konsep wisata religinya sangat kuat namun tetap ramah pada akar budaya lokal. Kombinasi-kombinasi seperti ini bagus karena ada experience yang ditawarkan kepada wisatawan. Untuk itu, tetaplah datang ke Majalengka. Selain atraksi, aksesibilitas dan amenitas di Majalengka sudah baik dan kulinernya juga khas dan nikmat," pungkas Arief. (ega/fay)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!