Destinasi yang akan dibuka untuk umum pada 19 Oktober mendatang ini terletak di Watu Tapak-Taman Tebing Breksi, Sleman. Dari sini, wisatawan bisa melihat keindahan Kota Yogyakarta yang indah saat malam hari.
Apalagi nantinya akan ada digelar Grand Orchestra Keroncong Plesiran pada pukul 15.00-22.00 WIB.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemilihan konsep ini berdasarkan lokasi Watu Tapak Camp Hill yang memiliki kontur tanah berundak yang menghadap ke utara dan barat. Wisatawan bisa melihat lanskap Jogja terlihat jelas seperti Bandara Adisutjipto, Gunung Merapi, Candi Barong, Candi Prambanan, dan Situs Ratu Boko.
Elza mengungkapkan kontur tanah berundak menjadi potensi yang unik di Watu Tapak Camp Hill. GenPI Jogja akan memanfaatkan 4 lahan berundak sebagai lokasi aktivitas utama.
Lahan paling atas yang berbatasan langsung dengan lokasi Balkondes Sambirejo, Prambanan diperuntukkan area food truck. Sementara lahan kedua merupakan area parkir campervan.
"Lahan ketiga baik yang menghadap ke barat dan utara berfungsi sebagai camping ground dan panggung atraksi dengan kapasitas 50 tenda. Dengan masing-masing tenda mampu menampung 4 orang. Lahan keempat dimanfatkan sebagai arena bebakaran dan 3 lahan di bawahnya sebagai lahan hijau," jelasnya.
Komunitas Wedha Pop Art Potrait (WPAP) Jogja pun diajak untuk mempercantik Watu Tapak Camp Hill. Mereka akan membuat gambar destinasi dampingan GenPI, landmark Yogyakarta, dan ragam seni budaya.
Seluruh transaksi di Watu Tapak Camp Hill juga akan menggunakan sistem e-money demi mendukung destinasi digital yang digalakkan Kementerian Pariwisata. Sistem ini menjadi salah satu indikator pelengkap dan penting bahwa destinasi digital tidak hanya instagramable dan dipromosikan secara online.
"Proyeksi kita, destinasi ini berpotensi menggaet 10 % dari total pengunjung Taman Tebing Breksi yang berkisar 1.000 pada hari kerja dan 3.000 akhir pekan. Artinya, akan ada sekitar 100 orang datang pada hari biasa dan 300 orang pada akhir pekan tanpa adanya orkestrasi secara khusus," jelasnya.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Bidang Komunikasi dan Media Don Kardono memberikan apresiasinya kepada GenPI Jogja. Ia mengatakan destinasi digital atau yang kerap dikenal pasar zaman now ini memiliki positioning, differentiation, dan branding.
"Positioning-nya, yaitu esteem economy, generasi millennial yang butuh pengakuan, dan media soial. Differentiation-nya instagramable dan digitalable photogenic. Sementara branding-nya, menjadi destinasi zaman now," ucapnya.
"Kids zaman now 70% eksis di dunia maya, dunia figital. Media pun sebagai channel menuju ke sana. Pariwisata kita pun makin kreatif makin instagramable, memikirkan objek gambar. Agar kalau difoto, layak di-posting di medsos dan banyak likes, comments, banyak repost, share, dan interaksi positif," ujarnya lagi.
Destinasi digital bikinan GenPI ini, lanjutnya, memberikan commercial value. GenPI bisa menciptakan bisnis bidang 3A (atraksi, amenitas, aksesibilitas) di destinasi wisata.
"Ya Watu Tapak Camp Hill ini contohnya. Ada amenitasnya yang mengusung nomadic tourism, ada atraksinya. Ini keren," ucapnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya turut mengapresiasi langkah dan ide-ide kreatif yang dimunculkan GenPI Jogja. Menurutnya, ini merupakan bukti kuatnya creative value dari GenPI yang mampu menghadirkan destinasi digital yang dapat mengundang wisatawan.
Terlebih destinasi digital ini digabungkan dengan konsep nomadic tourism yang menjadi fokus Kemenpar.
"Dengan adanya destinasi digital Watu Tapak Camp Hill akan menambah peluang keterlibatan masyarakat dalam meningkatkan ekonomi mikro. Selain itu, memunculkan alternatif wisata malam untuk menunjang long stay wisatawan di Jogja. Sehingga secara tidak sengaja akan membantu pertumbuhan ekonomi daerah," ujarnya. (idr/fay)
Komentar Terbanyak
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Skandal 'Miss Golf' Gemparkan Thailand, Biksu-biksu Diperas Pakai Video Seks
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit