Thailand: Antara Seks, Gender dan Kehidupan Religius

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Thailand: Antara Seks, Gender dan Kehidupan Religius

Shinta Angriyana - detikTravel
Senin, 28 Jan 2019 18:50 WIB
Bendera Thailand (Shinta Angriyana/detikTravel)
Bangkok - Thailand adalah negara dengan nilai budaya unik. Mereka sangat religius dalam nilai Buddhisme, tapi di sisi lain permisif soal identitas gender & seksualitas.

Thailand di Asia Tenggara yang luasnya sekitar 500 ribu kilometer persegi adalah destinasi favorit wisatawan dunia. Pemerintahan di sana adalah monarki konstitusional atau kerajaan, dengan mayoritas penduduk Thailand menganut Agama Buddha.

detikTravel pun sempat berkunjung ke Bangkok, Thailand pekan lalu. Kami pun diantar oleh seorang tour guide berbahasa Indonesia, Anda, yang merupakan warga asli negara Thailand.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Thailand ini 95 persen menganut agama Buddha. Sisanya Muslim dan agama lain. Jadi banyak di sini memang pernak-pernik kepercayaan Buddha," katanya saat mengantar kami dan rombongan.

Anda pun bercerita, bahwa hampir 90 persen warga Thailand tidak dapat berbahasa Inggris. Dari kecil, warga Thailand diajarkan Bahasa Inggris, namun mayoritas tidak sampai pendidikan tinggi.

"Di sini, dari kecil sudah diajarkan Bahasa Inggris. Namun, setelah 4-5 tahun jarang ada pelajaran Bahasa Inggris. Jadi sudah biasa berbahasa Thailand, dari perkataan atau tulisan," lanjut Anda.

Thailand: Antara Seks, Gender dan Kehidupan ReligiusKuil Wat Arun di Thailand (Shinta/detikTravel)


Anda juga menjelaskan, karena banyak penganut Agama Buddha, tidak heran ada banyak biksu di Thailand.

"Di sini, banyak biksu di berbagai wilayah. Biasanya mereka berkeliling, kemudian banyak orang yang memberikan makanan dan didoakan. Namun, mereka tidak boleh memegang uang," kata dia.

Anda mengatakan, apabila seorang biksu ingin membeli sesuatu, harus orang lain yang memegang uangnya.

"Kalau mau beli apapun, harus orang yang pegang uangnya. Biasanya ada orang lain yang bantu mereka jika ingin membeli sesuatu," katanya.

Thailand: Antara Seks, Gender dan Kehidupan ReligiusIlustrasi Biksu di Thailand (Sukma/detikTravel)


Seperti aturan yang berlaku umum, biksu juga tidak diperbolehkan untuk menikah. Anda pun menceritakan bahwa sejumlah wanita dengan umur tertentu di Thailand belum menikah karena para pria menjadi biksu. Meski, kini sudah banyak juga biksu perempuan.

"Dalam kepercayaan, satu kali seumur hidup seorang laki-laki harus menjadi Biksu. Biksu pun juga tidak boleh menikah, makanya 18 persen wanita umur 35-45 tahun di Thailand, belum menikah," tambah Anda.

Anda juga bercerita tentang kehidupan di Thailand. Bahwa, sebenarnya Thailand terdiri dari dua suku kata yang berbeda makna.

"Thailand itu sebenarnya dari dua kata. Itu Thai, dan Land. Thai artinya Kebebasan, Land artinya kan tanah, jadi ini wilayah bebas. Di sini, beberapa hal bebas," ujar Anda.

Ia melanjutkan, konteks bebas di sini adalah soal kehidupan masing-masing individu. Prinsip hidup dan perilaku ditentukan oleh masing-masing orang tersebut.

"Misalnya, di sini, seks bebas. Memilih gender pun bebas. Mau laki-laki, perempuan, atau tidak semua dipilih sendiri," katanya.

Thailand: Antara Seks, Gender dan Kehidupan ReligiusKehidupan malam di Khaosan Road (Shinta/detikTravel)


Kata Anda, salah satu contohnya adalah apapun gendernya, semua orang mendapatkan hak yang sama. Termasuk dalam pekerjaan.

"Di sini, transgender atau sejenisnya itu bisa kerja apa saja. Bisa di kantor, di berbagai tempat. Jadi semuanya sama saja, asal punya kemampuan," kata Anda.

Tidak heran, Thailand pun memang terkenal dengan berbagai keberagaman dan perbedaan. Namun, di tengah perbedaan, Thailand masih hidup berdampingan satu sama lain (sna/fay)

Hide Ads