Melansir CNN Travel, Kamis (31/1/2019, bagi penumpang hanya bisa melihat sebagian sisi lainnya. Beberapa pilot menikmatinya dan mengeluarkan kamera untuk berbagi pemandangan itu dari sisi kokpit.
Pilot itu adalah Santiago Borja yang berbasis di Ekuador. Juga dikenal sebagai 'Pilot Badai' karena memotret fenomena langit yang sedang berlangsung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Borja kemudian berbagi potret ini dengan teman-teman dengan keluarganya hingga akhirnya dengan semua orang. Foto-fotonya tidak hanya bagus secara estetika, tetapi juga memiliki sifat ilmiah, bahkan NASA juga tertarik.
Sekarang, foto-foto Borja adalah subjek dari sebuah buku #TheStormPilot yang diterbitkan oleh teNeues. Ada pula keterangan dari ahli meteorologi Michaela Koschak dari foto-foto yang dipajang
Borja menjadi pilot karena ingin melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda. Sekarang, ia menerbangkan Boeing 767 untuk sebuah maskapai besar.
![]() |
Pada penerbangan jarak jauh, ia akan digantikan tiga hingga empat pilot. Jadi dalam penerbangan 12 jam, ia akan mengontrol penuh selama enam jam dan waktu itulah kesempatan sempurna bagi dirinya untuk mencoba sudut yang berbeda dan lensa yang berbeda pula.
Kokpit memliki dua jendela besar. Hal baiknya adalah tidak ada cahaya yang menyilaukan dari dalam ruangan itu, jadi itu adalah tempat sempurna untuk mencoba dan mengambil foto-foto itu.
Borja bukan satu-satunya pilot yang mengambil foto dari jarak 30.000 kaki. Pada tahun 2018 CNN Travel juga mewawancarai pilot serupa yakni Christiaan van Heijst yang dikenal karena tangkapan foto dari kokpitnya.
Namun Borja membedakan karyanya dengan berkonsentrasi pada kondisi cuaca yang kacau. Dirasa berbeda dan belum pernah dilakukan di udara.
Dari dibagikan ke kerabat dekat, setelah membagikannya secara lebih luas dengan judul Badai Pasifik, lalu dibagikanlah fotonya oleh pengguna Twitter dan mampu menarik perhatian. Beberapa ahli meteorologi bertanya kepadanya tentang gambar ini karena memiliki beberapa fitur yang cukup menarik bagi kalangan sains karena merupakan badai yang sangat khusus.
![]() |
Badai Pasifik menggambarkan awan badai cumulonimbus besar di atas Samudra Pasifik yang diambil dalam perjalanan ke Amerika Selatan. Awan itu mengangkut air dengan ukuran 20 hingga 100 juta ton, karena merupakan formasi awan yang terkait dengan angin topan.
Foto yang mengejutkan ini mampu membuat Borja memperoleh tempat ketiga dalam kategori lanskap di National Geographic 2016 Nature Photographer of the Year. Borja mengatakan kombinasi pandangan yang bagus dan kondisi yang baik membantunya mendapatkan kesempatan pengambilan foto itu.
Suasananya begitu tenang dan ada badai yang terisolasi, lalu ia dapat memotret badai ini dengan blur minimal. Hampir seolah-olah dihasilkan dengan tripod. Momen itu adalah yang terhebat yang sangat sulit untuk didapatkan karena selalu ada beberapa gerakan dan itu seperti seolah-olah Anda telah melukis badai.
Foto favorit Borja adalah sambaran petir menyinari langit di atas hutan hujan Ekuador, dan dijadikan fitur di sampul bukunya. Disebutnya sebagai Serangan Petir karena salah satu dari beberapa gambar yang ia miliki tentang petir selain badai.
Kata dia, biasanya petir terjadi di dalam awan sehingga kamu tidak melihat petir itu sendiri. Namun ia kali ini bisa melihat cahaya petir itu.
![]() |
Selain mampu menyedot ribuan pengikut di Instagram, gambar Borja juga menarik perhatian pusat-pusat ilmiah. NASA telah menggunakannya untuk sebuah presentasi tentang badai tertentu.
Foto-foto lain berkontribusi pada penelitian ilmiah di Universitas Columbia, tempat para ilmuwan menggunakannya untuk dibandingkan dengan analisis satelit. Foto-fotonya cukup berguna karena mereka dapat melihat seberapa akurat prakiraannya.
Borja menggunakan kamera DSLR (kamera digital single lens reflex) dan untuk mengambil foto dalam cahaya rendah, ia menggunakan pencahayaan manual, fokus manual dan tergantung pada lensa yang digunakan.
Salah satu kesalahpahaman umum tentang karya Borja adalah foto-foto tersebut diambil dalam keadaan turbulensi. Borja menjelaskan sebaliknya, fakta bahwa Anda dapat melihat badai adalah karena Anda jauh dari badai dan terbang melalui ruang udara yang jernih.
Ia mengatakan bahwa semua gambarnya diambil saat lingkungan sekitarnya sangat tenang. Tidak ada turbulensi dan ia menyukai pemandangan dari kokpit meski tak membawa kamera.
(msl/aff)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol