Tahun ini, FJT memasuki tahun ke-11. Mengawali kegiatan tersebut, Pemkab Halmahera Barat bersama Kemenpar menggelar preevent bertajuk Launching Festival Teluk Jailolo 2019 dengan tema Pesona Budaya Kepulauan Rempah, lalu di Kawasan Landmark Kota Ternate yang saat ini menjadi pusat kunjungan wisatawan yang ramai di daerah setempat.
Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuti mengatakan maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai langkah promosi awal dan berbagi informasi mengenai event Festival Teluk Jailolo 2019.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kegiatan bakal ditutup dengan pertunjukan teater musikal dengan panggung di atas air Sasadu On the Sea yang merupakan ikon Festival Teluk Jailolo dan hiburan rakyat yang diisi oleh artis-artis Ibu Kota," ujar Esthy dalam keterangan tertulis, Jumat (19/4/2019).
Ritual Sigofi Ngolo, lanjut Esthy, merupakan upacara tradisi bersih laut dan tabur bunga yang bertujuan memohon izin kepada leluhur untuk kelancaran acara oleh masyarakat dengan berziarah ke Pulau Babua. Sementara Teater Kuliner 7 Suku Asli berlangsung di Desa Idamdehe Gamsungi yang menawarkan edukasi wisata kuliner dengan menampilkan penganan dan makanan khas Halmahera Barat. Kegiatan ini disertai dengan deskripsi dan live cooking oleh masyarakat lokal.
Di sini juga akan disuguhkan trip Fun Diving, Fun Trip Mariporoco Kahatola, Ekspedisi Talaga Rano, dan Ekspedisi Burung Bidadari. Kegiatan ini akan memberikan pengalaman terbaik dan tentunya kenangan yang tak terlupakan pagi para peserta. Sementara pesta tani menampilkan hasil alam potensi pertanian Halmahera Barat dengan budaya bercocok tanam dan pesta panen padi ladang.
"Kita berharap pelaksanaan launching Festival Teluk Jailolo ini dapat memberikan suguhan menarik guna melirik calon wisatawan maupun pengunjung untuk merencanakan perjalanan liburannya menjelajahi Halmahera Barat," ungkapnya.
Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan sejauh ini atraksi budaya masih menjadi magnet terbesar untuk menarik wisatawan. Data yang ada, 60% wisatawan datang ke Indonesia karena budaya. 35% sisanya karena alam dan 5% karena faktor buatan seperti meeting, incentive, conference, dan exhibition (MICE), wisata olahraga, serta hiburan.
"Dari sisi atraksi, budaya kita jelas sangat kuat. Ini yang harus dikelola secara serius bersama-sama. Barongsai sendiri memang berasal dari budaya Tionghoa tapi kita tidak bisa menutup mata bahwa budaya ini ikut berkembang di antara kita dan bisa dipentaskan di Tanah Air," jelasnya. (mul/ega)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol