Siapa yang tak kenal dengan Pantai Selatan di Yogyakarta? Pantai yang lekat dengan mitos Ratu Pantai Selatan dan mitos wisatawan berbaju hijau ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari wisata Yogyakarta.
Saat libur lebaran seperti ini, Pantai Selatan menjadi salah satu tempat wisata yang ramai dikunjungi. Untuk itu, detikcom mengajak traveler untuk mengenal tentang pantai ini, mitosnya dan arusnya yang mematikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angin ini mempunyai dua probabilitas utama untuk membangkitkan dua fenomena alam di perairan sepanjang selatan Jawa.
"Fenomena pertama adalah gelombang yang menjalar mengarah tegak lurus ke pantai, dan fenomena kedua adalah umbulan massa air laut dari lapisan dalam menuju ke lapisan permukaan yang lebih dikenal sebagai Upwelling. Fenomena-fenomena tersebut ada yang berdampak positif dan negatif bagi masyarakat," ujar Widodo Pranowo, Peneliti Madya Bidang Oseanografi Terapan, Pusat Riset Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, kepada detikcom, Minggu (9/6/2019).
Fenomena upwelling, seringkali mengangkat massa air dari lapisan dalam ke lapisan permukaan laut. Pengangkatan massa air ini kaya akan nutrien dan mineral.
![]() |
Berbicara tentang potensi dampak negatif, maka hal ini yang patut diwaspadai oleh masyarakat, terutama bagi wisatawan yang berkunjung ke pantai selatan Jawa.
"Gelombang yang datang tegak lurus menuju ke pantai. Ketika menghantam dua gundukan pasir dan atau dua gundukan karang yang mengapit sebuah alur yang lebih dalam, akan menghasilkan arus balik meninggalkan pantai menuju ke laut lepas dengan kecepatan sekitar 20 meter per detik," jelas Widodo.
Arus yang mematikan ini sering disebut sebagai RIP (Rest in Peace) Current. Arus ini bisa menggerus pasir yang dipijak oleh wisatawan yang berada di kawasan bibir pantai tersebut. Area gelombang pecah biasanya lebih tenang dibandingkan dengan gundukan pasir atau tumpukan karang.
"Arus yang kencang ini sering menyeret wisatawan yang tidak siap, dalam 5 detik seseorang akan terseret hingga 100 meter ke lepas pantai," kata Widodo.
![]() |
Kekuatan RIP Current ini bervariasi. Manakala kekuatannya cukup tinggi maka akan semakin menyeret korban begitu jauh ke lepas pantai atau tengah lautan. Kasus yang sering terjadi adalah korban baru muncul ditemukan beberapa jam hingga beberapa hari kemudian.
BACA JUGA: Penampakan Bikin Heboh: Itu Malaikat, Hantu Atau UFO?
Beberapa kasus yang terjadi, korban tidak ditemukan jasadnya sama sekali. Hal ini kemungkinannya tersangkut oleh cerukan karang di dasar laut, sehingga jasad korban tidak bisa muncul kembali ke permukaan ketika RIP Current melemah.
Lantas apa hubungannya dengan mitos korban biasanya wisatawan yang berbaju hijau. Mitos adanya 'penculikan' Ratu Pantai Selatan seringkali dikaitkan. Padahal ada alasan logis mengenai hal tersebut.
"Apabila ingin turun berenang, carilah area yang lebih aman, dan gunakan kostum yang berwarna cerah, seperti jingga atau merah muda. Hindari kostum berwarna hijau. Karena apabila kamu terseret arus atau tenggelam akan sulit dicari. Baju berwarna hijau akan menyatu dengan warna air laut," papar Widodo.
Jadi, wisatawan dilarang menggunakan baju berwarna hijau karena kondisi Pantai Selatan yang memiliki arus RIP. Baju berwarna cerah akan menolong jika traveler terseret arus ini saat sedang berenang.
Simak Juga 'Keindahan Alam Pantai Selatan Jawa Goda Mata Pemudik':
(rdy/aff)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!