Personel Monkey Boots tampak terpukau dengan suguhan alam Keerom. Selain itu ia juga mengagumi budaya dan masyarakat setempat.
"Keerom luar biasa. Alamnya keren, budayanya apalagi. Masyarakatnya pun luar biasa. Ini bukti Kemenpar begitu memperhatikan pariwisata di seluruh Indonesia," ujar Vokalis Monkey Boots Edwin Jenggo dalam keterangan tertulis, Senin (24/6/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang paling simple itu hadapi wisatawan dengan senyuman. Kalau kita ramah, wisatawan pasti betah. Imbasnya tentu semakin banyak wisatawan yang datang ke Keerom. Biasanya disebut dengan hospitality," kata Edwin.
Bukan penampilan Monkey Boots saja, berbagai persembahan budaya pun tak luput dihadirkan dalam event ini. Misalnya parade tarian tradisional dari mulai adat Papua hingga Jawa yang seolah menjadi sebuah gambaran kekayaan budaya di Keerom.
Menurut Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani, Kemenpar akan terus menyajikan acara yang menarik di perbatasan. Hal ini bertujuan untuk semakin menghidupkan sektor pariwisata di perbatasan Indonesia seperti Keerom.
"Festival crossborder selalu penting, terutama untuk menaikkan jumlah kunjungan wisman. Kalau jumlah kunjungan wisman naik, maka perekonomian masyarakat akan tumbuh melalui beragam transaksi. Untuk itu, kami berikan konsep hiburan terbaik," ujar Ricky.
Ia juga mengatakan atraksi ini tentunya akan memperkuat berbagai keunggulan pariwisata Keerom dan Tanah Papua. Ia juga mengingatkan pentingnya CEO commitment untuk semakin mempercepat laju pariwisata di Keerom dan sekitarnya.
"Pariwisata itu cara cepat mengangkat perekonomian daerah. Apalagi Keerom memiliki potensi melimpah. Dukungan dari pusat pun kuat. Infrastruktur terus digenjot. Atraksinya terus didukung Kemenpar seperti halnya Festival Crossborder yang digelar kali ini. Nah, sekarang tinggal keinginan daerah untuk bersama maju lewat pariwisata," ujar Ricky.
Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani mengatakan bahwa Keerom memiliki potensi wisata yang harus terus dikembangkan. Dengan itu, kemudahan akses yang dimilikinya akan semakin bisa menjaring wisatawan asal Papua New Guinea (PNG).
"Keerom memiliki banyak potensi wisata. Wisata alam, Keerom memiliki Danau Love yang saat ini sedang hits. Ada juga air terjun Walukubun, serta Taman Wisata Waisamba. Potensi agrowisatanya juga sangat baik dengan perkebunan buah naga yang melimpah. Ini harus dimaksimalkan oleh daerah," ucap Rizki.
Menteri Pariwisata Arief Yahya pun menyebut border tourism sebagai strategi paling realistis untuk menggenjot angka kunjungan wisatawan. Dengan penyebaran Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang sangat banyak, border tourism bisa menjadi senjata pamungkas Kemenpar dalam mengejar target 20 juta wisman pada 2019.
"Sejak 2017, Kemenpar telah banyak menggelar crossborder events seperti di Atambua, Belu, NTT, yang berbatasan dengan Timor Leste. Ada juga di Aruk, Sambas, Kalbar. Ada di Skow, Papua, dan tentunya Kepri, Batam, Bintan, dan lainnya. Tentunya di tahun 2019 Kemenpar akan all out menggelar acara-acara festival dan musik di crossborder. Sehingga dapat memaksimalkan kunjungan wisman dari border area seperti Festival Crossborder di Keerom ini," ujar Arief.
Bagi Menteri lulusan Telematika University of Surrey tersebut, pariwisata itu hanya cover saja. Sebab, setiap potensi pergerakan orang dalam jumlah masif akan menggerakkan ekonomi karena pergerakan orang sama dengan pergerakan bisnis.
"Setiap pergerakan orang akan menciptakan pergerakan ekonomi, pergerakan barang dan jasa. Bukan saja pariwisata yang bergerak, tetapi juga sektor lainnya," tutup Arief. (prf/ega)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!