"Seperti yang kita harapkan, ACF 2019 mampu menjadi magnet wisatawan. Ini merupakan hasil kerja keras dari seluruh pihak yang bahu-membahu mensukseskan acara," ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin dalam keterangan tertulis, Senin (8/7/2019).
Menurut Jamaluddin, ACF 2019 menyajikan berbagai kuliner khas dari 23 kabupaten dan kota yang ada di Aceh serta berbagai atraksi lainnya yang membuat festival semakin berwarna. Sehingga sejak hari pertama Taman Ratu Safiatuddin Banda Aceh tempat dilangsungkannya festival sudah penuh sesak oleh wisatawan. Berbagai atraksi dan kuliner inilah yang juga mampu mendatangkan wisatawan dari Aceh, berbagai kabupaten dan kota lainnya, maupun mancanegara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jamaluddin mencontohkan acara yang menarik wisatawan seperti Culinary Camp yang berisi 50 sesi demo masak, workshop, dan diskusi mengenai kuliner. Ada juga pertunjukan seni budaya serta live musik dari berbagai band ternama. Ramainya wisatawan yang terus membanjiri festival ini juga membuat penjual kuliner yang menjadi peserta ACF 2019 kebanjiran pembeli.
"Berdasarkan data yang dihimpun panitia dari seluruh teman pengisi acara, perputaran uang di acara ini mencapai Rp 5 milliar selama tiga hari pelaksanaan. Sebuah angka yang boleh dibilang fantastis dan tentunya ini membawa efek positif bagi pengembangan ekonomi masyarakat," ucap Jamaluddin.
Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Management Calendar of Event (CoE), Esthy Reko Astuti mengakui jika ACF 2019 terus mengalami peningkatan dalam upaya menarik minat wisatawan. Keberadaannya pun kini menjadi salah satu atraksi unggulan wisata halal di Aceh.
"Tahun lalu perputaran ekonomi di ACF sampai Rp 3 miliar dan tahun ini mencapai Rp 5 miliar. Ini tentu peningkatan yang luar biasa terutama membantu perekonomian masyarakat dan inilah seharusnya event digelar. Event wisata harus memiliki daya tarik cultural value, commercial value, serta communication value dalam menarik wisatawan seperti ACF 2019 ini," ungkap Esthy.
Sementara itu Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar, Rizki Handayani mengatakan festival ini harus menjadi bagian dari upaya melestarikan budaya Aceh. Menurutnya, kuliner tidak semata berkaitan dengan pangan, tetapi juga bagian dari tradisi lokal yang perlu dilestarikan.
"Dan ini jelas laku dijual ke wisatawan mancanegara. Ada banyak cerita dan falsafah hidup yang terkandung di dalam kuliner Aceh. Jadi bukan hanya sekedar makanan semata, ini sangat dicari wisman," kata Rizki.
Adapun Menteri Pariwisata, Arief Yahya menyampaikan jika Aceh cukup jeli membaca peluang, khususnya dalam melihat kuliner sebagai keunggulan potensinya. Menurutnya, penyelenggaraan ACF 2019 memberikan multiplier effect bagi Aceh, baik itu direct impact maupun indirect impact.
"Direct impactnya UMKM meraup laba besar dari penjualan kuliner akibat membludaknya wisatawan sedangkan indirect impactnya nama kuliner Aceh semakin dikenal luas dan ini berdampak promosi pariwisatanya. Atraksi wisata itu yang penting dicreate serius, promosinya juga serius sehingga dampaknya besar bagi perkembangan pariwisata. Ya seperti ACF 2019. Selamat atas suksesnya ACF 2019," kata Arief.
(prf/ega)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum