Bantimurung adalah tempat wisata di Maros, Sulawesi Selatan yang tidak hanya dikenal dengan panorama alamnya yang indah, tapi juga dengan keberadaan ratusan spesies kupu-kupu yang oleh warga, dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai karya yang bernilai ekonomis.
Ali Mutahar misalnya, warga yang tinggal di depan jalan masuk wisata alam Bantimurung ini, telah menekuni pekerjaannya sebagai pembuat kerajinan tangan dari kupu-kupu sejak puluhan tahun silam. Setiap hari, ia bersama 5 orang karyawannya mampu membuat ribuan karya, mulai gantungan kunci hingga pajangan bingkai kupu-kupu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Tak hanya membuat kerajinan tangan, Ali juga memiliki penangkaran kupu-kupu sendiri sebagai upaya untuk melestarikan spesies kupu-kupu yang memang dilindungi oleh Pemerintah. Di tempatnya, terdapat dua bangunan yang ia gunakan untuk menangkar berbagai macam jenis kupu-kupu.
"Jadi ini juga sebagai upaya kami untuk tetap melestarikan, utamanya empat jenis yang memang dilidungi oleh pemerintah. Di sini kita buat mulai dari telur menjadi ulat dan kepompong hingga jadi kupu-kupu. Kalau mati, bangkainya kita awetkan untuk dijadikan suvenir," lanjutnya.
Di bengkelnya itu, Ali memulai pekerjaannya dengan melakukan penyortiran bangkai kupu-kupu yang diperoleh dari penangkaran, maupun yang didapatkan dari warga. Ada beberapa jenis kupu-kupu yang memang memiliki harga yang tinggi dibandingkan dengan jenis lainnya. Selain karena warna, bentuknya juga sangat indah.
Bangkai kupu-kupu yang telah disortir itu, kemudian diolah kembali dengan beberapa bahan untuk dijadikan sebagai gantungan kunci dan bros. Khusus souvenir untuk pajangan, kupu-kupu dipilih berdasarkan corak warna dan bentuknya yang khas serta keutuhan sayapnya.
![]() |
Selain untuk memenuhi pangsa pasar di areal Taman Nasional Bantimurung, kerajinan tangan dari kupu-kupu ini pun, ditujukan untuk pasar di laur Sulawesi Selatan, seperti di Bali, Papua dan Kalimantan. Hanya saja, jumlahnya belum seberapa ketimbang kebutuhan pasar yang ada di wilayah Bantimurung ini.
"Khusus gantungan kunci saja, kami itu bisa buat 2 ribu keping perharinya. Untuk kebutuhan di sini itu mencapai 60 persen. Sisanya, kalau ada pesanan, kita kirim ke Bali, Papua dan Kalimantan," tambahnya.
Sayangnya, kata Ali, komoditas kerajinan kupu-kupu dari Bantimurung ini, belum mampu menembus pangsa pasar internasional. Padahal, beberapa tahun silam, dirinya pernah mengekspor kupu-kupu dari daerahnya itu, ke beberapa negara di Eropa dan Asia, seperti Jerman, Belanda dan juga Jepang. Kendala utamanya adalah di perizinan.
"Kalau dulu itu memang pernah kita ekspor lah ke beberapa negara Sekarang ini sudah susah karena soal izin-izinnya. Bahkan ke Jepang itu kita pernah ekspor telurnya untuk ditangkarkan di sana. Sekarang malah mereka sudah bisa produksi sendiri," terangnya.
![]() |
"Saat ini memang, potensi wisata penangkaran kupu-kupu ini belum terlalu dimaksimalkan. Tapi ke depannya, kami dari Pemerintah akan membuat konsep yang memang akan kita padukan dengan wisata yang ada saat ini di Bantimurung," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maros, Muhammad Ferdiansyah.
(fay/fay)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!