"Hari terakhir di Bakkara, tim dari Universiti Teknologi Mara, Melaka tidak mau pulang. Mereka terkesan dengan keramahan penduduk. Senang dengan makanan yang dimasak penduduk. Mereka bilang sangat lezat, "ujar Pembimbing Inspire Travel and Tourism Learning Center Jakarta, Krisanti Kurniawan dalam keterangan tertulisnya, Minggu (28/7/2019).
Anggota Tim Percepatan Pengembangan Wisata Sejarah, Religi, Tradisi dan Seni Budaya Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Rode Ayu Wahyuningputri mengatakan para milenial Malaysia diajak menghargai kebersamaan di Bakkara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Konsepnya ada interaksi antar manusia. Di Bakkara, milenial Malaysia kami ajak tidur di rumah masyarakat, makan di rumah kepala desa, trekking, rafting, mengolah kopi, sampai menenun," katanya.
Ia yakin wisata Bakkara bisa bernafas panjang karena wisatawan mendapatkan pengalaman baru sekaligus kenangan manis.
"Mereka sampai membantu panen bawang penduduk. Membantu petani mendapatkan gabah dengan cara manual dan semuanya happy. Saya sampai mendapat laporan ada tim Sinambela yang tidak mau dipisahkan sampai hari terakhir. Jalan sama-sama, sewa motor sama-sama, naik mobil pun rela berdesak-desakan meski ada space kosong di mobil lain. Ini luar biasa," kata Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Regional I Kemenpar, Lokot Ahmad Enda.
Kepala Sub Bidang (Kasubid) Bidang Pengembangan Destinasi Area I B, Andhy Marpaung, mengatakan adapun yang membuat pariwisata Bakkara istimewa adalah interaksi dengan masyarakat lokalnya. Meskipun di Bakkara tidak ada televisi dan akses internet, wisatawan dihibur dengan budaya dan kuliner Batak buatan masyarakat lokal.
"Kuncinya ada di interaksi dengan masyarakat lokal. Milenial Malaysia jadi bisa mempelajari budaya Batak. Banyak yang terbiasa mengucapkan horas dan ini diucapkan dengan penuh respek," jelas Andhy.
Pengalaman wisata di Bakkara membuat Menteri Pariwisata Arief Yahya makin bersemangat mengembangkan Bakkara yang ada di sekitar Danau Toba. Arief menilai Bakkara telah memiliki modal dasar, seperti alam yang indah dan cerita tentang Sisingamangaraja yang mempesona.
"Alam (Planet), masyarakat (People), kesejahteraan (Prosperity), dan tujuan (Purpose) yang saya sebut 4P harus diperhatikan. Ini rumus pengembangan pariwisata yang terbaik. Ingat, semakin dilestarikan akan semakin menyejahterakan. Wisatawan zaman now tidak hanya sekedar berkunjung ke destinasi, tapi juga terlibat menjaga lingkungan, budaya, juga berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Travel, enjoy, respect!," kata Arief.
(prf/ega)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol