Malala, Tradisi Meramu Minyak Mendidih Ala Suku Sumbawa

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Malala, Tradisi Meramu Minyak Mendidih Ala Suku Sumbawa

Harianto Nukman - detikTravel
Selasa, 10 Sep 2019 17:20 WIB
Tradisi meramu minyak ala Suku Sumbawa (dok Istimewa)
Sumbawa - Suku Sumbawa di Nusa Tenggara Barat (NTB) punya tradisi yang cukup unik. Namanya Malala, tradisi membuat minyak obat dari ramuan alami yang dididihkan.

Kehidupan masyarakat Sumbawa lekat dengan budaya dan alamnya. Ini dibuktikan dengan pembuatan ramuan obat dari bahan-bahan yang alami.

Tradisi Malala atau Melala adalah membuat minyak yang dijadikan obat dari bahan kelapa dan ramuan alami lainnya. Prosesi itu hanya bisa dijumpai selama bulan Muharam di tahun Hijriah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pembuatan minyak Sumbawa ini pun cukup unik dan hanya bisa dilakukan oleh seorang tabib atau dukun yang disebut Sandro.

Kebiasaan Sandro melakukan Malala adalah mengaduk ramuan minyak menggunakan tangan dalam keadaan mendidih dan saat nyala api sedang membara.

(dok Istimewa)(dok Istimewa)
Kabag Humas Setda Sumbawa, H Tajuddin kepada detikcom, Selasa (10/9/2019) menjelaskan prosesi itu hanya bisa dilakukan oleh seorang Sandro yang memiliki kemampuan dan pengalaman malala yang cukup tinggi.

"Itu prosesi pembuatan minyak Sumbawa. Masih mendidih, sang Sandro atau dukun mengobati pasiennya langsung di saat minyak sedang mendidih," ucapnya menanggapi tayangan video prosesi Malala yang dilakukan oleh seorang Sandro di Sumbawa.

"Malala itu sebuah tadisi, prosesi membuat minyak Sumbawa yang sering dilakukan pada bulan Muharam. Kecendrungannya dilakukan di awal tahun Hijriah. Ya, biasanya dari tanggal 1 Muharam sampai akhir," jelasnya.

Berbagai bahan alami digunakan seperti akar-akar kayu yang ada di dalam hutan, madu, sarang burung dan lain-lain. Terkadang seorang sandro merahasiakan bahan-bahan yang digunakannya.

"Kadang ada 44 macam akar kayu, bahannya sesuai kebutuhan atau manfaat dari minyak tersebut," ujar Tajuddin.

Santan kelapa menjadi bahan dasarnya yang akan menghasilkan minyak. Minyak baru bisa matang setelah sipanaskan dalam tungku berbahan bakar kayu sekitar 4 hingga 5 jam.

Pemerintah daerah menjadikan prosesi Malala ini sebagai parade yang saban tahun diselenggarakan di bulan Muharam. Parade Malala atau meramu minyak tradisioanal khas Sumbawa, menjadi salah satu rangkaian kegiatan peringatan Tahun Baru Islam 1441 Hijriah.

Pada momen itu, para Sandro unjuk kebolehan dalam meramu obat. Berbagai minyak khas Sumbawa yang diramu itu memiliki khasiat tersendiri.

Masyarakat Sumbawa percaya jika minyak tersebut dapat meningkatkan vitalitas pria, menambah kesegaran tubuh serta mengobati berbagai penyakit. Misalnya pegal linu, obat luka dan masih banyak lagi khasiat lainnya.

"Langsung bisa dikonsumsi. Yang aduk pertama itu harus Sandro dulu. Untuk doa dan mantra yang dibacanya itu hanya Sandro yang tahu," katanya.

Cara pemakaiannya pun berbeda-beda, bisa diminum ataupun digunakan sebagai minyak urut. Sungguh Indonesia begitu kaya dengan pengetahuan kesehatan tradisional.


(rdy/fay)

Hide Ads