Bukan Atlantis, Peneliti Temukan 'Benua Baru' di Bawah Eropa

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bukan Atlantis, Peneliti Temukan 'Benua Baru' di Bawah Eropa

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Rabu, 25 Sep 2019 08:25 WIB
Bukan Atlantis, Peneliti Temukan Benua Baru di Bawah Eropa
Benua hilang Adria Raya di bawah Eropa (CNN)
Jakarta - Benua yang hilang telah ditemukan di bawah Eropa. Para peneliti menemukannya tersembunyi di Bumi. Tapi ini bukanlah Atlantis yang sering dijuluki "Benua Hilang".

Dilansir CNN, Selasa (24/9/2019), para peneliti menemukannya ketika merekonstruksi evolusi geologi yang cukup kompleks di wilayah Mediterania. Datarannya naik bersama jajaran gunung dan turun dengan laut antara Spanyol ke Iran.

Benua baru itu disebut Adria Raya. Seukuran Greenland dan dataran itu terputus dari Afrika Utara atau tenggelam di bawah Eropa Selatan sekitar 140 juta tahun yang lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lupakan Atlantis. Tanpa disadari, sebagian besar turis menghabiskan liburan mereka setiap tahun di benua hilang Adria Raya," kata Douwe van Hinsbergen, penulis studi dan profesor tektonik global dan paleogeografi di Universitas Utrecht.




Studi ini dipublikasikan pada bulan ini di jurnal Gondwana Research. Mereka meneliti evolusi pegunungan dan dapat menunjukkan evolusi benua.

"Sebagian besar rantai gunung yang kami selidiki berasal dari satu benua yang terpisah dari Afrika Utara lebih dari 200 juta tahun yang lalu," kata van Hinsbergen.

"Satu-satunya bagian yang tersisa dari benua ini adalah garis yang membentang dari Turin melalui Laut Adriatik ke ujung yang membentuk Italia," imbuhnya.

Daerah ini disebut Adria oleh ahli geologi, sehingga para peneliti merujuk ke benua yang sebelumnya belum ditemukan sebagai Adria Raya. Di wilayah Mediterania, ahli geologi memiliki pemahaman yang berbeda tentang lempeng tektonik.

Lempeng tektonik adalah teori di balik samudera dan benua terbentuk. Teori itu menunjukkan bahwa lempeng tidak berubah bentuk ketika mereka bergerak berdampingan satu sama lain, namun yang terjadi di dataran Turki dan Mediterania berbeda.

"Ini kekacauan geologis, semuanya melengkung, rusak dan bertumpuk. Perbandingannya adalah Himalaya yang mewakili sistem itu. Di sana ada beberapa garis patahan besar dengan jarak lebih dari 2.000 kilometer," kata van Hinsbergen.

(Halaman selanjutnya: Bukan kejadian pertama!)

Bukan kejadian pertama

Ilustrasi Iran (REUTERS/Morteza Nikoubazl)
Dalam kasus Adria Raya, sebagian besar berada di bawah air, ditutup laut dangkal, terumbu karang dan sedimen. Sedimen-sedimen itu membentuk bebatuan ketika Adria Raya dipaksa turun ke bawah mantel Eropa Selatan.

Batu-batu yang terkikis itu menjadi barisan pegunungan di daerah-daerah ini, yakni Pegunungan Alpen, Apennine, Balkan, Yunani dan Turki. Subduksi, terjadinya gerakan lempeng ke bawah lempeng lainnya adalah cara awal pembentukan rantai gunung.

"Penelitian kami memberikan sejumlah besar wawasan, juga tentang vulkanisme dan gempa bumi, yang sudah kami terapkan di tempat lain. Anda bahkan dapat memperkirakan seperti apa wilayah yang akan terlihat di masa depan," kata Van Hinsbergen.


Merekonstruksi evolusi pegunungan di Mediterania membutuhkan kolaborasi karena cakupannya lebih dari 30 negara. Masing-masing harus ada survei geologis, peta dan rancangan pikiran yang sudah ada sebelumnya tentang bagaimana sesuatu terbentuk.

Menggunakan piranti lunak rekonstruksi tektonik lempeng, para peneliti benar-benar mengupas lapisan-lapisan bawah bumi. Itu membawa memori ke masa di mana benua-benua tampak jauh berbeda dari peta yang kita kenal sekarang.

Kata peneliti, Adria Raya mulai menjadi benua sendiri sekitar 240 juta tahun yang lalu selama periode Trias. Ada beberapa blok yang lebih kecil dan sekarang membentuk dari Rumania, Turki hingga Armenia.


"Sisa-sisa kekurangan beberapa kilometer dari benua yang hilang masih dapat dilihat di pegunungan. Sisa lempeng benua, yang tebalnya sekitar 100 km, jatuh di bawah Eropa Selatan ke dalam mantel bumi, di mana kita dapat masih melacaknya dengan gelombang seismik hingga kedalaman 1.500 kilometer," kaya Hinsbergen.

Ini bukan pertama kalinya benua yang hilang ditemukan. Pada Januari 2017, para peneliti mengumumkan penemuan benua yang hilang yang tersisa dari superbenua Gondwana, yang mulai pecah 200 juta tahun lalu.

Potongan sisa itu ditutupi lava pada saat ini ada di bawah Mauritius, sebuah pulau di Samudra Hindia. Dan pada bulan September 2017, tim peneliti yang berbeda menemukan benua yang hilang di Zandia melalui pengeboran laut di Pasifik Selatan.

Halaman 2 dari 2
Dalam kasus Adria Raya, sebagian besar berada di bawah air, ditutup laut dangkal, terumbu karang dan sedimen. Sedimen-sedimen itu membentuk bebatuan ketika Adria Raya dipaksa turun ke bawah mantel Eropa Selatan.

Batu-batu yang terkikis itu menjadi barisan pegunungan di daerah-daerah ini, yakni Pegunungan Alpen, Apennine, Balkan, Yunani dan Turki. Subduksi, terjadinya gerakan lempeng ke bawah lempeng lainnya adalah cara awal pembentukan rantai gunung.

"Penelitian kami memberikan sejumlah besar wawasan, juga tentang vulkanisme dan gempa bumi, yang sudah kami terapkan di tempat lain. Anda bahkan dapat memperkirakan seperti apa wilayah yang akan terlihat di masa depan," kata Van Hinsbergen.


Merekonstruksi evolusi pegunungan di Mediterania membutuhkan kolaborasi karena cakupannya lebih dari 30 negara. Masing-masing harus ada survei geologis, peta dan rancangan pikiran yang sudah ada sebelumnya tentang bagaimana sesuatu terbentuk.

Menggunakan piranti lunak rekonstruksi tektonik lempeng, para peneliti benar-benar mengupas lapisan-lapisan bawah bumi. Itu membawa memori ke masa di mana benua-benua tampak jauh berbeda dari peta yang kita kenal sekarang.

Kata peneliti, Adria Raya mulai menjadi benua sendiri sekitar 240 juta tahun yang lalu selama periode Trias. Ada beberapa blok yang lebih kecil dan sekarang membentuk dari Rumania, Turki hingga Armenia.


"Sisa-sisa kekurangan beberapa kilometer dari benua yang hilang masih dapat dilihat di pegunungan. Sisa lempeng benua, yang tebalnya sekitar 100 km, jatuh di bawah Eropa Selatan ke dalam mantel bumi, di mana kita dapat masih melacaknya dengan gelombang seismik hingga kedalaman 1.500 kilometer," kaya Hinsbergen.

Ini bukan pertama kalinya benua yang hilang ditemukan. Pada Januari 2017, para peneliti mengumumkan penemuan benua yang hilang yang tersisa dari superbenua Gondwana, yang mulai pecah 200 juta tahun lalu.

Potongan sisa itu ditutupi lava pada saat ini ada di bawah Mauritius, sebuah pulau di Samudra Hindia. Dan pada bulan September 2017, tim peneliti yang berbeda menemukan benua yang hilang di Zandia melalui pengeboran laut di Pasifik Selatan.

(msl/msl)

Hide Ads