Menyusuri Jejak Islam di Sembalun Lombok Timur

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Menyusuri Jejak Islam di Sembalun Lombok Timur

Faidah Umu Sofuroh - detikTravel
Sabtu, 19 Okt 2019 19:52 WIB
Foto: Faidah Umu Sofuroh
Lombok Timur - Memiliki masyarakat yang 100 persen muslim, Sembalun punya sejarah panjang dengan agama Islam. Kepala Adat Desa Sembalun Bumbung, P Mardisah mengatakan bahwa dahulu Sembalun dikenal dengan nama Desa Belik, yang mana masyarakatnya masih menganut keyakinan Animisme.

"Jadi nama Desa Belik berubah jadi Sembahulun karena kedatangan Alquran dan kitab-kitab ini," katanya kepada detikcom beberapa waktu lalu.

Hingga pada abad ke delapan, agama Budha masuk lalu diikuti dengan agama Hindu yang dibawa oleh orang-orang dari Kerajaan Majapahit. Singkat cerita, Islam pun masuk pada tahun 1360 melalui wali-wali yang datang dari Pulau Jawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



"Di piagam dijelaskan bahwa masuknya agama Islam itu abad ke-15 di Pulau Lombok. Akan tetapi di Sembalun pada abad ke-13 tahun 1360 sudah masuk," ungkap Mardisah.

Menurutnya, saat itu tak ada warga yang menolak kedatangan Alquran dan agama Islam. Namun, lanjutnya, Islam ketika itu merupakan Islam waktu tiga. Artinya, pada saat itu ajaran agama Islam belum diterapkan sepenuhnya.

"Ketika itu masyarakat banyak tidak salat, cuma petugas-petugas saja atau tokoh-tokoh saja. Karena masih belum sempurna, jadi kami dikatakan Islam waktu tiga atau waktu telu bahasa Sembalunnya," ucapnya.

Saat itu, jelasnya, tokoh-tokoh agama mengerjakan salat Ashar dan Dhuhur 4 kali dalam sebulan yakni setiap hari Jumat. Sedangkan salat Maghrib dan Isya dikerjakan sebulan penuh pada bulan Ramadan. Lalu salat subuh dikerjakan saat Hari Raya Idulfitri dan Iduladha, yang artinya dikerjakan 2 kali dalam setahun.

"Kalau puasanya sama juga, satu bulan penuh, tapi kiai saja pada waktu itu (yang puasa), kalau sekarang semua orang salat dan puasa penuh," imbuhnya.

Dengan masuknya Islam ke Sembalun, banyak perpaduan budaya dan adat yang diterapkan di desa ini. Salah satunya terlihat dari rumah adatnya. Di kawasan revitalisasi desa adat yang ada di Sembalun Bumbung, terlihat ada 3 anak tangga yang ada di depan pintu masuk rumah. Ini berbeda dengan rumah adat di Sembalun Lawang yang memiliki 7 anak tangga.

Rumah Adat di Sembalun LawangRumah Adat di Sembalun Lawang Foto: Faidah Umu Sofuroh


"Kalau yang tangga-tangga ini menandakan bahwa kami dari Islam waktu 3 masuk ke Islam waktu 5," ujarnya.

Sedangkan bagian lain seperti pondasi yang tinggi, pintu yang rendah, dinding dari anyaman bambu dan atap yang terbuat dari jerami sama dengan rumah adat yang ada di Sembalun Lawang atau Desa Belik pada waktu itu.

Bagian menarik dari rumah adat ini adalah pintu yang dibuat rendah. Hal ini memiliki arti agar tamu yang masuk menunduk seolah memberi hormat kepada pemilik rumah. Lantainya juga unik karena terbuat dari tanah dan dilapisi oleh kotoran sapi.

Meski kini seluruh masyarakat Sembalun beragama Islam, tapi ada tradisi dari agama terdahulu yang masih dilakukan. Salah satunya dapat dilihat pada acara Ngayu-ayu. Ngayu-ayu adalah acara yang digelar untuk menyambut tamu penting yang berasal dari luar desa.



Pada saat Ngayu-ayu ini biasanya warga akan menyembelih kerbau dan perang ketupat, yang merupakan tradisi dari agama Hindu. Selain itu akan ditampilkan pula Tari Tandang Mendhet yang merupakan tarian yang ada sejak agama Hindu berjaya di Sembalun.

Jejak-jejak Islam di Sembalun begitu nyata dan terasa hingga saat ini. Masyarakat Sembalun dapat dikategorikan sebagai masyarakat yang alim dan taat kepada agama. Peninggalan berupa kitab-kitab pun masih dijaga rapi dan aman oleh penduduk yang berwenang.

Ikuti terus berita-berita tentang kabar desa dari desa-desa di seluruh Indonesia. Informasi lainnya dari Kemendes PDTT bisa dilihat di sini.

[Gambas:Video 20detik]

(ujm/ujm)

Hide Ads