Sebelum meninggalkan Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Mantan Menpar Arief Yahya mengucapkan pidato perpisahan untuk yang terakhir kalinya di depan jajaran staff Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (kini Kemenparekraf), Balairung Soesilo Soedarman, Jakarta, Rabu (23/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Industri pariwisata telah ditetapkan sebagai leading sektor atau pak Presiden sebut DNA atau core negara ini. Kedua harapan, terutama setelah rujuk. Pak Presiden tanya apa core bangsa ini, saya jawab Kemenpar dan Ekraf," ujar Arief.
![]() |
Arief pun membandingkan Indonesia dengan negara lain yang punya kelebihan, seperti Thailand dengan sektor pertanian dan pariwisata serta China di sektor manufaktur. Bicara keunggulan, Indonesia pun harus paham pada core factornya agar tak tertinggal negara lain.
"Era keempat Ekraf masuk ke dalamnya, Kita sebagai negara harus punya core ekonomi. Kalah kita ke luar negeri kalau ditanya apa core kita, susah punya jawaban," ujar Arief.
Arief pun kembali mengingatkan akan sektor pariwisata sebagai leading factor penghasil devisa terbesar. Jumlahnya saat ini adalah 19,3 Miliar USD, nomor dua setelah batubara dan 2020 akan tembus 20 Miliar USD sekaligus menjadikan pariwisata penghasil devisa terbesar menurut Arief.
Di akhir pidatonya, Arief juga mengingatkan pentingnya pengembangan lima destinasi super prioritas (Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, Likupang) yang telah dicanangkan Pemerintah.
"Pak Presiden sangat fokus ke 5 destinasi prioritas. Tahun 2020 infrastruktur dan utilitas dasar harus tuntas di 5 destinasi tersebut," tutup Arief.
(rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol