Holy Land yang kalau diartikan adalah Tanah Suci yang terletak di Waterbury, Connecticut, Amerika Serikat ini dulunya adalah kawasan wisata religi bagi umat Katolik. Holy Land pertama dibuka pada akhir 1950 dan menjadi tempat untuk berdoa, ziarah, bahkan kebaktian. Tempat ini dibangun berdasarkan gagasan John Greco, seorang pengacara di Waterburry, dengan dibantu volunteer yang menyebut dirinya Para Sahabat Kristus.
Dilansir dari laporan New York Times, Bob Chinn selaku kepala Holy Land kala itu mengatakan tujuan pembangunannya untuk tempat berkumpul umat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kawasan ini memang dipenuhi patung serta miniatur dari para tokoh Alkitab. Namun, di tempat ini juga ada kapel dan salib raksasa setinggi 56 kaki yang menjadi simbol lokasi ini. Salib itu dulunya bisa menyala dan amat dibanggakan masyarakat sekitar.
Holy Land pernah berjaya pada tahun 1960-1970an. Saking populernya, tempat ini bisa dikunjungi sampai 40 ribu pengunjung setiap tahunnya.
Sayangnya, setelah Greco meninggal pada 1986, tempat ini menjadi terbengkalai. Kawasan ini mulai ditinggalkan. Pada 2010 terjadi kasus pemerkosaan dan pembunuhan pada gadis berusia 16 tahun yang membuat Holy Land menjadi tempat seram.
![]() |
Pada 2013, Holy Land dijual pada walikota Waterbury yaitu Nei O'Leary dan Fred Blasius seharga USD 350 ribu atau hampir setara Rp 5 miliar. Pada saat itu sebuah salib baru ditambahkan dimana salib bisa menyala dengan warna yang berubah-ubah.
Namun berdasarkan laporan Reuters pada Oktober 2019 lalu, Holy Land ini masih ditutup. Belum ada kabar apakah tempat ini akan difungsikan sebagai lokasi wisata religi seperti sedia kala atau dibiarkan tenggelam ditelan waktu.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!