'Jika Mak Erot & Purwaceng Dikemas, Turis Pasti Datang'

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

'Jika Mak Erot & Purwaceng Dikemas, Turis Pasti Datang'

Wahyu Setyo Widodo - detikTravel
Selasa, 19 Nov 2019 16:34 WIB
Foto: (Wahyu Setyo Widodo/detikcom)
Jakarta -
Ada banyak potensi wisata kesehatan di Indonesia, yang kalau dikemas dengan baik dapat dijual ke wisatawan asing. Termasuk juga wisata Mak Erot dan Purwaceng.

Soal pariwisata, Indonesia kaya akan potensi alam. Pun demikian dengan kekayaan flora dan herbal yang bermanfaat bagi kesehatan. Contoh nyatanya, yaitu jamu yang selama ini dikenal berkhasiat bagi kesehatan.

Menteri Kesehatan dr Terawan pun menyebut industri jamu dalam negeri punya potensi yang hebat, namun selama ini masih belum banyak dipromosikan.



"Kalau wisata kebugaran dan jamu inilah yang harus kita masyarakatkan terus. Kita punya industri jamu yang hebat-hebat, tapi ndak pernah kita ungkapkan. Banyak contohnya, mau Tongkat Ali, Purwaceng, apa mau Mak Erot. Di situ kalau kita kemas dengan baik wisatawan asing pasti datang. Kalau di tempat lain pakai teknik medis ya kita pakai teknik yang lain," kata dr Terawan disambut tawa hadirin di Bali Room, Hotel Indonesia Kempinski Jakarta, Selasa (19/11/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menkes pun mendorong agar para stakeholders di bidang kesehatan selalu punya ide-ide yang segar untuk mengembangkan wisata kesehatan. Purwaceng dan Mak Erot hanya sekedar contoh saja, masih banyak hal lain yang bisa digali dan dikembangkan.


"Jadi selalu harus bikin ide-ide yang segar, yang gampang, yang memudahkan orang asing untuk datang. Kasih hal-hal yang menggelitik. Kita yakin orang-orang Indonesia itu punya ide-ide yang cemerlang, inovasi yang baik untuk menjual sesuatu," lanjut Terawan.

dr Terawan pun memberikan contoh lain kearifan lokal kesehatan Indonesia yang bisa dijual ke wisatawan asing, tidak lain dan tidak bukan adalah kerokan.

"Kalau yang lain menjual bekam, ya kita jual kerokan. Jangan nyepelekan kerokan. Kalau 100 kamar, waktunya cuma 20 menit, berapa itu. Begitu keluar minum jamu, jamunya berapa, tambah pijat. Terkadang itu hal-hal yang tidak pernah kita komunikasikan. Banyak teknik lain yang sebenarnya bisa kita kembangkan, hanya kita malu karena tiap hari kita melihatnya. Padahal buat orang asing itu hal yang sangat menarik," pungkas Terawan.





(elk/elk)

Hide Ads