Sebuah desa terpencil di pegunungan Jepang ini menyita perhatian. Bukan karena alamnya, desa ini populer karena hanya dihuni lansia tanpa anak-anak.
Desa terpencil di pegunungan Jepang itu bernama Nagoro. Desa ini berada di 550 km dari Tokyo. Jauh dari keramaian, desa ini memang bukan tujuan wisata. Namun, berkat tangan dingin seorang perempuan, Desa Nagoro kini mulai dikenal dunia. Dihimpun detikcom, perempuan tersebut bernama Tsukimi Ayano.
Ayano adalah penduduk asli Desa Nagoro. Saat berusia 12 tahun, Ayano ikut orangtuanya pindah ke Osaka. Saat ayahnya berusia sekitar 90 tahun, Ayano kembali ke Nagoro.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Waktu berlalu, Desa Nagoro pun telah berubah. Desa yang dulu ramai kini senyap. Waktu itu Ayano ingat ada sekitar 300 orang yang tinggal di Nagoro. Kini hanya tersisa sekitar 30 orang saja.
Dalam rentang waktu tersebut, banyak penduduk yang memutuskan untuk pindah ke kota-kota besar. Tak ada toko-toko yang bertahan, perlahan kota ini mulai ditinggalkan.
![]() |
Anak-anak mencari pendidik yang lebih baik di kota-kota besar. Hanya ada 2 murid kelas 6 SD yang bersekolah sampai tahun 2012. Lewat dari tahun itu, sekolah ditutup. Bayangkan, tangis bayi yang baru lahir terakhir kali didengar sekitar 18 tahun lalu! Semenjak itu, tak ada lagi anak-anak yang lahir di Nagoro.
Desa ini seakan menjadi tempat khusus untuk lansia. Ayano pun sebenarnya tak berniat untuk mempopulerkan desa kecil ini. Hal itu terjadi begitu saja ketika Ayano membuat orang-orangan sawah.
Orang-orangan sawah tersebut diletakkan Ayano di kebun. Dengan bahan baju bekas, koran sampai kayu, boneka dijahit dengan rapi. Saking miripnya orang, kebun tersebut tak didatangi hama burung lagi.
![]() |
Rasanya tanggung kalau cuma membuat satu boneka. Ayano membuat beberapa boneka lagi di kebun miliknya. Tapi kejadian ganjil membuat Ayano tergelitik.
Saat itu ada wisatawan yang hendak bertanya alamat. Ayano melihat mereka berbicara kepada boneka buatannya. Semenjak itulah, Ayano kian rajin mengisi desa ini dengan boneka-boneka seukuran manusia.
Baca juga: Potret Rumah Barbie di Dunia Nyata |
Boneka-boneka tersebut awalnya dibuat dengan ukuran orang dewasa. Mereka ditempatkan di sawah, depan rumah sampai halte bus. Tapi rasanya ada yang kurang, yaitu kehadiran anak-anak.
Ayano pun menjahit boneka dengan ukuran yang lebih kecil untuk diletakkan di sekolah. Memakai baju seragam, boneka tersebut dijahit dengan senyum mengembang. Melihat ini, warga kampung lain jadi tertarik untuk membuat boneka. Mereka belajar dari Ayano dan terus menerus mengisi desa dengan boneka-boneka lucu.
![]() |
Sampai saat ini telah ada lebih dari 450 boneka yang dijahit oleh Ayano. Banyak pula yang akhirnya memesan boneka dari Ayano untuk mengusir sepi di rumah.
Meski telah populer sebagai desa boneka, tapi kehidupan Nagaro tidak kembali seperti sediakala. Terpencilnya desa dan kurangnya fasilitas, membuat Nagoro dirasa kurang cocok untuk menjadi tempat tinggal orang-orang muda.
Kabar baiknya, desa ini tak lagi sepi. Banyak anak-anak muda yang datang untuk berwisata ke Nagoro.
(bnl/krs)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!