Pernah lihat warga Jepang ketiduran di tempat umum? Ketiduran bukanlah hal yang begitu saja terjadi, tapi ini wujud kerja keras warga Jepang yang rendah hati.
Kehidupan Jepang yang disiplin dan keras membuatnya dikenal sebagai negara maju. Warganya yang 'hobi' kerja menjadi cerminan bahwa hanya yang bekerja keras yang bisa hidup di sana.
Melalui catatan BBC, Selasa (28/1/2020), orang-orang Jepang sangat bangga dengan kebiasaan mereka yang super sibuk. Lembur sampai tengah malam, kemudian kembali bekerja pada pagi hari.
Baca juga: Jepang yang Benci Cuti |
Rutinitas yang tiada henti seakan membuat mereka sebagai robot untuk bekerja saja. Mereka mengakui bahwa gila kerja sudah seperti candu yang mendarah daging.
Meski tak sedikit yang mengeluh karena terlalu lama bekerja. Mereka tetap menganggap itu suatu kebanggaan. Ada tropi yang kasat mata tiap kali membicarakan soal kegilaan mereka dalam bekerja.
![]() |
Kebiasaan kurang tidur tidak membuat tubuh jadi lebih baik. Mau tak mau, tubuh akan mencuri waktu untuk istirahat di siang hari. Pemandangan warga yang tidur di tempat umum jadi hal yang biasa.
Tidur di tempat umum ini dikenal dengan nama Inemuri. Nama ini sebenarnya adalah dua aksara China. 'I' memiliki arti hadir, sedangkan 'nemuri' artinya tidur.
Menurut Konsep Erving Goffman dalam 'keterlibatan dalam situasi sosial', kita terlibat dalam taraf tertentu dalam setiap situasi melalui bahasa tubuh dan ekspresi verbal. Akan tetapi kita juga punya kapasitas untuk membagi kesadaran pada keterlibatan dominan dan subordinat.
Dalam konteks ini, inemuri dipandang sebagai keterlibatan subordinat yang diizinkan selama tidak mengganggu situasi sosial saat itu, sama seperti melamun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dalam tahap ini, mereka juga mempertahankan kesan wajar dengan keterlibatan dominan melalui postur tubuh, bahasa tubuh, tata cara berpakaian dan sebagainya.
Dengan kata lain, Inemuri bagai jadi bukti nyata bahwa orang tersebut telah bekerja keras sehingga kelelahan di siang hari.
Inemuri seakan jadi citra positif, bahwa orang tersebut telah bekerja keras semalaman. Kemudian dia benci bangun kesiangan, sehingga harus tidur di tempat umum karena kelelahan.
Bukan cuma orang dewasa yang menganggap Inemuri sebagai tanda mata positif. Baik anak-anak di sekolah pun memiliki nilai yang sama tentang Inemuri.
Anak-anak yang datang pagi, kemudian tidur di kelas seperti mendapat pengakuan bahwa semalaman ia telah belajar keras untuk mengulang materi pelajaran. Seakan teori tidur tepat waktu atau tidur di kamar jadi tanda kemalasan.
Dalam perjalanan sejarah Jepang, orang terpelajar, terutama samurai muda akan dianggap berbudi luhur jika mengurangi waktu tidur untuk belajar. Padahal prakteknya dinilai kurang efisien karena membutuhkan lebih banyak minyak lampu dan membuat mereka sering ketiduran esok harinya.
Mengapa tak memaksimalkan waktu di siang hari? Saat matahari bersinar terang dan badan sanggup untuk kerja keras?
Kembali lagi dengan Inemuri, mereka bukan cuma menganggap ini hal yang biasa, tapi juga nyaman untuk dilakukan.
Kenyamanan ini timbul karena kebiasaan anak-anak Jepang yang masih tidur dengan orangtuanya sampai usia sekolah. Tidur bersama dianggap perlu untuk membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang independen dan stabil.
![]() |
Inilah yang membuat mereka nyaman ketika berada di tempat umum. Warga lokal memberikan toleransi kepada mereka yang tertidur di transportasi umum atau tempat publik lainnya.
Bahkan hadir saat rapat namun ketiduran dianggap lebih mulia dibandingkan tidak hadir. Padahal orang yang ketiduran dan tidak hadir sama-sama kehilangan momen rapat.
Di negara-negara lain, ketiduran sebenarnya sah-sah saja. Biasanya orang yang ketiduran di waktu bekerja akan dijadikan sumber lelucon pada saat kumpul atau dalam rapat.
Namun ketiduran di Jepang akan sangat dimaklumi. Partisipasi dianggap lebih penting dari pada tidak hadir. Kelelahan dan sakit namun memaksa hadir akan dianggap sebagai hasil dari kerja keras dan ketekunan.
Tal ayal, banyak juga yang pura-pura Inemuri demi mendapat pengakuan. Bukan cap malas, ketiduran macam ini jadi fitur informal kehidupan sosial orang Jepang yang dimaksudkan untuk memastikan seseorang melaksanakan tugas. Mereka lebih suka dikatakan melakukan Inemuri daripada tidur; dua hal yang tampak sama padahal berbeda.
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan