Di bawah manajemen Garuda Indonesia yang lama sempat disebutkan ada kartel tiket pesawat dimana ada beberapa travel agent yang diistimewakan. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjamin di masa kepemimpinannya, tidak ada kartel tiket, semua travel agent akan diperlakukan dengan adil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut disampaikan Irfan Setiaputra dalam blak-blakan bersama detikcom. Setelah menjabat sebagai dirut Garuda, Irfan mengaku sudah bertemu dengan kalangan travel agent, termasuk travel umroh.
Menurut dia, dalam bisnis travel, Garuda merupakan bagian dari industri itu dan perlu bekerja sama dengan pihak lain. "Berpartner yang nomor satu paling penting adalah fairness. Jadi kita mesti berlaku adil ke siapapun. Begitu sekali tidak adil kepercayaan seluruh partnership dengan banyak teman-teman ini akan rusak. Oleh sebab itu, saya memang langsung yang pertama ini saya ketemu dengan pimpinan travel agent dan saya pastikan bahwa kita akan melakukan. Jadi ketika online (travel agent online) mendapatkan perlakuan khusus misalnya itu akan dihilangkan," ujarnya.
"Begini, saya ini dirut bukan investigator. Buat saya mendengar informasi begini-begini buat saya simpulkan saja dengan cepat bahwa banyak orang merasa diperlakukan tidak adil. Merasa, apakah perlakukan tidak adil itu nggak bisa jadi itu iya atau nggak. Kemudian saya melihat terms perjanjian pengaturan kerja tiket dan segala macam ini ada ketidakadilan. Ya sudah contohnya travel agent termasuk online tidak mendapatkan perlakuan khusus dari penjualan subclass. Jadi nggak boleh ada satu yang dapat dia yang boleh saja, lainnya tidak boleh. Saya juga bertemu dengan travel umroh ya, karena memang pada waktu itu dengan alasan yang menurut saya masuk akal waktu itu diputuskan untuk wholesale. Penjualan tiket umroh ini. Di situ banyak feedback merasa banyak puluhan tahun nggak boleh langsung jadi harus lewat seseorang atau perusahaan. Ya kita putuskan itu tidak akan terjadi lagi, sehingga semua orang travel agent tanpa perlu lewat orang lain. Yang committed lebih besar akan dapat perlakuan khusus. Tapi model seperti itu ya kita hubungkan. Misal beli 10 harga 100 perak, beli 1.000 ya harganya 98 perak, kalau anda beli sejuta ya harganya 90 perak. Hal-hal seperti itu kita buka aja gitu," paparnya.
Baca juga: Garuda di Tengah Badai Corona |
Irfan malah mendesak para pelaku usaha untuk melapor kalau ada anak buahnya yang bertindak tidak adil. "Oleh sebab itu saya sampaikan ke teman-teman ini nomor handphone saya bisa dihubungi, ini nomor direksi, kalau anda melihat anggota tim saya melakukan tindakan unfair tolong saya diinfokan. Tapi kalau anda lihat saya sebagai dirut lakukan unfair mohon hubungi Komisaris Utama dan Menteri BUMN. Nggak usah dibikin susah kan," ujarnya.
Saat Garuda Indonesia masih dipimpin Ari Askhara, Garuda dinilai memberikan kebijakan kurang bersahabat bagi travel agent di Indonesia. Kebijakan tersebut mulai dari menghapuskan harga promo domestik hingga meniadakan komisi agent yang digantikan dengan sales fee. Lalu memberikan prioritas kepada agent dan OTA (online travel agent) tertentu untuk bisa issue tiket dengan adanya kebijakan cash in advance.
Kebijakan ini disebut menciptakan monopoli oleh travel agent yang mampu memberikan cash in advance dengan nominal minimal yang sudah ditentukan perihal issue tiket pada Garuda.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menuding Garuda di bawah kepemimpinan Ari Askhara kerap menghambat perusahaan swasta untuk mendistribusikan minyak jenis avtur karena dianggap sebagai kompetitor. Selain itu, harga tiket yang mahal merupakan permasalahan yang paling utama.
"Kita ini yang komplain paling berat. Dia ini kan 'penyebab', dia menciptakan praktik kartel," kata Hariyadi usai menghadiri rapat koordinasi omnibus law di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (6/12/2019) lalu.
(ddn/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!